Kamis 05 Mar 2020 19:48 WIB

Antisipasi Corona, Persiapan Haji 2020 Ditingkatkan

Pemerintah berupaya agar tidak terjadi penyebaran penyakit kepada jamaah haji

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Calon jemaah saat konsultasi mengenai haji dan umroh di Kantor Travel Tour Al-Wahid, Tanah Abang, Jakarta, Rabu (5/2).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Calon jemaah saat konsultasi mengenai haji dan umroh di Kantor Travel Tour Al-Wahid, Tanah Abang, Jakarta, Rabu (5/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Mengantisipasi kemungkinan penyebaran wabah virus korona baru (Covid-19), pemerintah membuat persiapan-persiapan tambahan pada musim haji tahun ini. Di antaranya, memastikan jamaah yang berangkat ke Tanah Suci dalam kondisi sehat dan memiliki imunitas bagus.

"Harus memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan istitaah itu," ujar Kasubdit Karantina Kesehatan Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Benget Saragih seusai menghadiri agenda diskusi di Jakarta, Rabu (4/3).

Selain itu, pemerintah juga akan melakukan segala upaya agar tidak terjadi penyebaran penyakit kepada jamaah haji. Bahkan, menurut dia, jika wabah virus Covid-19 meluas, bukan tak mungkin keberangkatan jamaah haji akan dibatasi."Jadi, kalau memang terjadi penyebaran Corona, itu pasti dibatasi. Jadi, upaya yang dilakukan, jamaah haji harus berangkat dalam keadaan sehat agar tidak terjadi kasus. Pasti ini diwaspadai oleh pemerintah," ujar dia.

Ketua PP Perhimpunan Kedokteran Haji Indonesia (Perdokhi) Muhammad Ilyas juga sependapat, calon jamaah haji (calhaj) yang berangkat ke Tanah Suci pada musim haji tahun ini harus dipastikan kesehatannya. Hal ini agar mereka punya daya tahan yang kuat terhadap kemungkinan terinfeksi virus Covid-19.

"Jamaah haji maupun umrah itu harus betul-betul mempersiapkan diri dari sisi fisiknya, dari sisi kesehatannya," ujar dia. Kemudian, pada saat berada di Tanah Suci, pola hidup sehat harus tetap dijalankan dan menggunakan alat pelindung diri di mana pun berada, terutama ketika berada di lingkungan padat manusia, misalnya di lokasi tawaf dan lontar jumrah.

"Dan, menghindari orang-orang yang mempunyai gejala-gejala infeksi pernapasan, misalnya ada orang batuk di sekitar kita, sedapat mungkin kita menghindar," ujar Ilyas. Ia menilai, pemerintah, baik Kemenkes maupun Kementerian Agama (Kemenag), telah memiliki persiapan yang baik dari tahun ke tahun. Persiapan itu sudah sangat maksimal, mulai dari pengecekan, pemeriksaan, sampai pembinaan kesehatan.

"(Indonesia) satu-satunya negara yang dilengkapi tim kesehatan haji yang begitu besar untuk mendampingi calon-calon jamaah kita, bahkan jamaah haji Indonesia cukup dimanjakan dibandingkan negara-negara lain, yang tenaga kesehatannya hanya puluhan, kalau kita sampai ratusan, baik dari Kemenkes dan Kemenag," ucap dia dalam diskusi bertajuk "Optimalisasi Kesehatan Jamaah Haji dan Umrah" yang digelar Perdokhi dan Sanofi Pasteur di Jakarta, Rabu (4/3).

Mengenai upaya pencegahan penularan penyakit selama di Tanah Suci, Ilyas menekankan pentingnya vaksinasi bagi para calhaj. Adapun vaksinasi yang diwajibkan saat ini adalah vaksinasi meningitis dan yang sangat dianjurkan, yakni vaksinasi influenza.

Hal ini sejalan dengan peraturan Pemerintah Saudi yang dikuatkan oleh rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Dalam hal ini, WHO mewajibkan vaksinasi meningitis dan berbagai vaksin anjuran lainnya bagi calon jamaah yang akan beribadah haji atau umrah ke Tanah Suci. WHO menyebutkan, influenza menyebabkan 500 ribu kematian setiap tahun dan penyakit yang mudah menular tersebut dapat menimbulkan berbagai komplikasi, bahkan yang terburuk dapat menyebabkan kematian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement