Kamis 05 Mar 2020 18:30 WIB

Corona, Inflasi DIY Meningkat

Tekanan inflasi ini terutama terjadi pada kelompok harga pangan bergelonjak.

Model tiga dimensi dari partikel virus SARS-CoV-2 virus atau dikenal sebagai 2019-nCoV. Virus tersebut adalah penyebab Covid-19 atau virus corona jenis baru.
Foto: EPA-EFE/NATIONAL INSTITUTES OF HEALTH
Model tiga dimensi dari partikel virus SARS-CoV-2 virus atau dikenal sebagai 2019-nCoV. Virus tersebut adalah penyebab Covid-19 atau virus corona jenis baru.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Tekanan inflasi di DIY meningkat selama Februari 2020. Hal ini dikarenakan semakin merebaknya penyebaran virus korona (Covid-19).

Deputi Direktur Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY, Miyono mengatakan, meningkatnya tekanan inflasi ini terutama terjadi pada kelompok harga pangan bergelonjak (volatile food). Hal ini disebabkan naiknya harga komoditas bawang putih dan cabai merah yang dipengaruhi oleh turunnya pasokan impor dari Cina.

"Harga bawang putih di DIY maupun nasional dipengaruhi oleh faktor menurunnya pasokan impor dari Tiongkok. Semakin merebaknya virus Covid-19 di Tiongkok telah memunculkan kekhawatiran bagi pedagang apabila impor dari Tiongkok dihentikan," kata Miyono dalam keterangan resminya, Rabu (4/3).

Selain itu, keterlambatan rekomendasi impor juga menyebabkan realisasi impor bawang putih terhambat. Secara nasional, impor bawang putih sepanjang Januari 2020 turun 98,6 persen (mtm) dibanding periode sebelumnya.

"Tapi pemerintah dan TPID telah melakukan berbagai upaya pengawasan untuk mencegah penimbunan stok dan mempercepat penerbitan rekomendasi impor. Dampaknya sejak pertengahan Februari 2020 harga bawang putih berangsur menurun dan diperkirakan pada Maret 2020 harga bawang putih sudah akan stabil," jelasnya.

Miyono menjelaskan, tekanan inflasi di DIY pada Februari tercatat meningkat menjadi 0,40 persen (mtm). Dengan realisasi tersebut, laju inflasi DIY secara akumulatif hingga Februari 2020 tercatat 0,67 persen (ytd) atau 3,08 persen (yoy).

Namun, capaian inflasi DIY sedikit lebih tinggi dibanding inflasi secara nasional yakni 2,98 persen (yoy). Walaupun begitu, kata Miyono, inflasi DIY masih berada pada sasaran yang ditetapkan, yakni 3,0±1 persen (yoy).

"Dan keyakinan konsumen tetap terjaga baik, tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen Februari 2020 yang masih tinggi 119,68 yang menunjukkan konsumsi masyarakat masih cukup kuat," ujarnya.

Untuk harga komoditas aneka cabai, juga melonjak akibat faktor pasokan yang menurun. Berdasarkan rata-rata realisasi panen di tahun sebelumnya, produksi cabai merah di triwulan I merupakan yang terendah di sepanjang tahun.

"Selain masih masuknya masa tanam, curah hujan yang tidak menentu dan berkembangnya penyakit tanaman turut menyebabkan produksi cabai berkurang drastis," kata Miyono.

Sementara itu, tekanan harga dari kelompok inti (core inflation) relatif stabil. Bahkan, kelompok harga yang diatur pemerintah (administered prices), justru mengalami deflasi.

BI memperkirakan inflasi DIY di 2020 akan berada pada titik tengah sasaran. Untuk mencapai sasaran tersebut, kata Miyono, BI DIY bersama TPID DIY akan terus memantau perkembangan harga dan kecukupan stok pangan serta pelaksanaan distribusi.

"Selain itu, juga akan terus meningkatkan sinergi dan koordinasi antar lembaga agar stabilitas harga di DIY dapat terus terjaga," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement