Rabu 04 Mar 2020 17:19 WIB

Instrumen Buatan Siswa NASA Mampu Deteksi Lubang Hitam Baru

Lubang hitam terdeteksi dari instrumen REXIS yang dirancang siswa NASA.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Foto lubang hitam yang terdeteksi dari REXIS, instrumen yang dirancang siswa NASA.
Foto: nasa
Foto lubang hitam yang terdeteksi dari REXIS, instrumen yang dirancang siswa NASA.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON DC -- Siswa Badan Antariksa AS (NASA) menemukan lubang hitam baru 30 ribu tahun cahaya. Pada November 2019, instrumen Regolith X-Ray Imaging Spectrometer (REXIS), yang dibangun oleh siswa di atas pesawat ruang angkasa OSIRIS-REx milik NASA, mendeteksi sebuah lubang hitam yang baru menyala di konstelasi Columba. Mereka mendeteksi lubang hitam itu  sambil melakukan pengamatan pada tungkai asteroid Bennu.

"Pemeriksaan awal kami menunjukkan tidak ada objek yang sebelumnya dikatalogkan dalam posisi itu di ruang angkasa," kata seorang ilmuwan peneliti Harvard dan pengawas mahasiswa yang pertama kali melihat sumber dalam data REXIS, Branden Allen dalam sebuah pernyataan, dilansir dari Fox News, Rabu (4/3).

Baca Juga

Menurut NASA, objek bercahaya ternyata menjadi biner X-ray black hole yang baru berkobar. Mendeteksi semburan sinar-X ini adalah momen yang membanggakan bagi tim REXIS.

"Ini berarti instrumen kami berkinerja seperti yang diharapkan dan ke tingkat yang diperlukan instrumen sains NASA," ujar Madeline Lambert, seorang mahasiswa pascasarjana MIT yang merancang urutan perintah instrumen yang mengungkapkan lubang hitam itu.

Ledakan sinar-X hanya dapat dilihat dari luar angkasa. Sebab, atmosfer pelindung Bumi melindungi planet yang dihuni manusia dari sinar-X.

Tujuan dari instrumen REXIS adalah untuk melatih generasi ilmuwan dan insinyur berikutnya dalam penciptaan dan pengoperasian perangkat luar angkasa.

"Kami berangkat untuk melatih siswa cara membangun dan mengoperasikan instrumen ruang angksa. Ternyata, pelajaran terbesarnya adalah selalu terbuka untuk menemukan hal yang tidak terduga," kata profesor MIT Richard Binzel, ilmuwan instrumen untuk eksperimen siswa REXIS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement