Rabu 04 Mar 2020 16:01 WIB

Sebulan Sekali Merapi Keluarkan Letusan

BPPTKG masih menetapkan status waspada atau level II untuk aktivitas Gunung Merapi.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Gunung Merapi mengeluarkan asap putih pascaletusan terlihat di Jrakah, Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Kamis (13/2/2020).
Foto: Antara/Aloysius Jarot Nugroho
Gunung Merapi mengeluarkan asap putih pascaletusan terlihat di Jrakah, Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Kamis (13/2/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Gunung Merapi kembali mengeluarkan erupsi dengan amplitudo 75 milimeter dan durasi 450 detik pada Selasa (3/3) pagi. Ini jadi aktivitas tinggi ketiga yang dikeluarkan Gunung Merapi selama tiga bulan pertama 2020.

Erupsi yang terjadi sekitar pukul 05.22 itu menghasilkan tinggi kolom 6.000 meter. Atas letusan itu, teramati guguran awan panas yang terjadi sejauh dua kilometer menuju sektor selatan dan tenggara puncak.

Hujan abu terjadi dalam radius 10 kilometer dari puncak, terutama sektor utara seperti Kecamatan Musuk dan Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. Hujan abu bercampur pasir terjadi di Desa Mriyan, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

"Seperti pada letusan-letusan sebelumnya, letusan ini tidak diketahui prekursor yang jelas," kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida, kepada wartawan.

Sepanjang 2020, sudah tiga kali Gunung Merapi mengeluarkan letusan, yang uniknya terjadi satu bulan satu kali. Sebelum erupsi 3 Maret, Gunung Merapi mengeluarkan erupsi pada 13 Februari yang menghasilkan tinggi kolom 2.000 meter.

Erupsi yang mengarah ke barat laut itu tercatat seismogram beramplitudo 75 milimeter dan berdurasi 150 detik. Sebelumnya, Gunung Merapi alami letusan pada 4 Januari dengan amplitudo 55 milimeter dan dengan durasi 105 detik.

Sayangnya, kala itu awan panas tidak terpantau secara visual karena cuaca saat terjadinya letusan berkabut. Namun, awan panas letusan itu telah menyebabkan hujan abu tipis di sekitaran Kabupaten Boyolali.

Walau rutin tiap satu bulan satu kali mengeluarkan letusan, BPPTKG masih tetapkan status waspada atau level II untuk aktivitas Gunung Merapi. Status ini sudah bertahan hampir dua tahun sejak ditetapkan pada Mei 2018 lalu.

"Kejadian letusan semacam ini masih dapat terus terjadi sebagai indikasi bahwa suplai magma dari dapur magma masih berlangsung," ujar Hanik.

Dia mengingatkan, ancaman bahaya letusan ini masih berupa awan panas yang bersumber dari bongkaran material kubah lava. Serta, lontaran material vulkanik dengan jangkauan kurang dari tiga kilometer.

Meski begitu, Hanik mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan berakvitias seperti biasa di luar radius tiga kilometer dari puncak. Serta, mengakses informasi terkini aktivitas Gunung Merapi melalui sumber-sumber resmi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement