Rabu 04 Mar 2020 15:45 WIB

Anjing Pelacak Diturunkan Cari Korban Longsor Tasik

Pencarian korban longsor dibantu anjing pelacak yang telah terlatih.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Esthi Maharani
Warga melintas jembatan darurat di Desa Indrajaya, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, Senin (2/3). Jembatan utama yang berada di Desa Santanamekar, Kecamatan Cisayong, rusak terdampak longsor yang terjadi pada Jumat (28/2).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Warga melintas jembatan darurat di Desa Indrajaya, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, Senin (2/3). Jembatan utama yang berada di Desa Santanamekar, Kecamatan Cisayong, rusak terdampak longsor yang terjadi pada Jumat (28/2).

REPUBLIKA.CO.ID,  TASIKMALAYA -- Tim SAR gabungan masih terus melakukan pencarian korban hilang yang diduga tertimbun longsor di Desa Santanamekar, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, pada Rabu (4/3). Proses pencarian juga dibantu anjing pelacak untuk pencarian korban.

Kapolres Tasikmalaya Kota, AKBP Anom Karibianto mengatakan, pencarian korban tertimbun di Kecamatan Cisayong dibantu oleh Satuan Brimob dari Polda Jawa Barat (Jabar) yang memiliki kemampuan SAR. Pencarian juga dibantu anjing pelacak yang telah terlatih.

"Itu untuk memoercepat proses pencarian korban," kata dia, Rabu (4/3).

Menurut dia, pencarian korban dilakukan di lokasi yang diduga menjadi tempat terakhir korban terlihat. Berdasarkan keterangan saksi mata yang terakhir berkomunikasi dengan korban, ketika kejadian longsor korban atas nama Didi (63 tahun) ingin memperbaiki saluran air di sekitar lokasi kejadian.

"Titik yang dicari, korban tempat diduga aliran air. Kita sisir tempat itu," kata dia.

Hingga Rabu sore, korban masih belum ditemukan. Tim SAR gabungan masih melakukan pencarian di sekitar lokasi.

Kepala Kantor SAR Bandung, Deden Ridwansah mengatakan, pada pencarian pada hari kelima dilakukan dengan membagi tim menjadi dua unit. Unit pertama melakukan pencarian di bagian atas titik diduga korban tertimbun menggunakan cangkul secara manual. Sementara unit dua melakukan pencarian di bagian bawah titik diduga korban tertimbun juga mencangkul secara manual.

"Tim SAR Gabungan memulai pencarian korban sejak pukul 08.00 WIB pagi," kata dia.

Ia mengatakan, tim di lapangan terkendala ketebalan tanah mencapai 6-7 meter. Sementara alat berat hanya bisa untuk memperbaiki jembatan.

Kendala di lapangan juga tidak adanya saksi mata yang mengetahui pasti lokasi terakhir korban. Selain itu, cuaca juga berpengaruh terhadap pencarian mengingat kondisi cuaca di wilayah tersebut tidak stabil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement