Selasa 03 Mar 2020 07:00 WIB

Netanyahu Deklarasi Menangkan Pemilu Israel

Netanyahu memperoleh kursi mayoritas dengan selisih yang sangat tipis.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ani Nursalikah
Netanyahu Deklarasi Menangkan Pemilu Israel. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Foto: AP Photo/Ariel Schalit
Netanyahu Deklarasi Menangkan Pemilu Israel. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu menyatakan kemenangan dalam pemilihan ketiga Israel, Selasa (3/3). Jajak pendapat di televisi menunjukkan dia berhasil memperoleh kursi mayoritas dengan selisih yang sangat tipis.

Dalam tiga saluran TV utama Israel, dalam jajak pendapat partai sayap kanan Likud dan partai-partai satu proyeksi akan merebut 60 dari 120 kursi parlemen dalam pemungutan suara pada Senin (2/3). Dalam jajak pendapat keluar yang diperbarui, Channel 13 Israel menurunkan angka menjadi 59.

Selama kampanye, partai-partai sayap kanan dan agama berjanji untuk bergabung dengan pemerintah koalisi yang dipimpin oleh Likud. Namun, jika proyeksi 60 kursi itu benar, Netanyahu masih harus mencari sekutu lain dalam negosiasi koalisi.

Seorang juru bicara Likud mengatakan, PM akan menyampaikan pidato kemenangan larut malam di markas pemilihan Likud di Tel Aviv. Menjelang pidatonya, Netanyahu menulis di Twitter, "Kami menang berkat kepercayaan kami pada jalan kami dan terima kasih kepada orang-orang Israel."

Penantang utama Netanyahu, mantan kepala angkatan bersenjata Benny Gantz dari partai sentris Blue and White, tidak mengakui kekalahan di Twitter. Dia menyatakan akan terus berjuang untuk jalan yang benar, demi para pendukungnya.

Hasil jajak pendapat menunjukkan Likud mengambil antara 36 dan 37 kursi parlemen dan 32 atau 33 untuk Blue and White. Celah yang cukup jauh ini membuat jauh lebih sulit bagi Gantz untuk menemukan jalan menyusun koalisi pemerintahan.

Dalam pemilihan sebelumnya, pada September, Blue and White berhasil melewati suara Likud, mengambil 33 kursi dibanding 32 milik partai Netanyahu. Namun, ketika itu Gantz, tidak dapat mengumpulkan koalisi yang berkuasa, seperti kondisi Netanyahu saat ini.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement