Ahad 01 Mar 2020 00:16 WIB

Belajar Harmonisasi di Kasepuhan Ciptamulya, Sukabumi

Siswa SMA Bina Insani melakukan homestay di Kasepuhan Ciptamulya.

Para siswa SMA Bosowa  Bina Insani melaksanakan homestay di Kasepuhan Ciptamulya, Cisolok, Bekasi.
Foto: Dok Sekolah Bosowa Bina Insani
Para siswa SMA Bosowa Bina Insani melaksanakan homestay di Kasepuhan Ciptamulya, Cisolok, Bekasi.

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Sebanyak 76 siswa SMA Bina Insani diajak untuk melakukan homestay di Kasepuhan Ciptamulya, Cisolok, Sukabumi, Jawa Barat.  Selama seminggu, mereka  diperkenalkan berbagai hal tentang kasepuhan termasuk tradisi, kebiasaan dan kehidupan sehari-hari masyarakat kasepuhan.

“Semenjak tanggal 24 Februari sampai 4 Maret 2020, siswa SMA Bosowa Bina Insani melaksanakan homestay. Mereka bukan saja merasakan,  tetapi juga mengalami langsung kehidupan Kasepuhan Ciptamulya” kata Kepala SMA Bosowa Bina Insani, Dedi  Supriyadi dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Ia menambahkan, Imah Gede yang nyatanya adalah rumah kediaman Abah E Suhendri Wijaya memfasilitasi kegiatan. Juga beberapa rumah penduduk yang menjadi rumah tinggal siswa. 

“Para siswa berbaur dengan kehidupan masyarakat. Mereka merasakan uniknya rasa air minum yang dimasak di tungku. Nikmatnya makanan yang diolah manual. Nasi akeul, sepan cau, dodol yang dibuat langsung yang bahannya adalah hasil pertanian di Ciptamulya,” ujarnya.

Ia mengemukakan, siswa berkegiatan bersama, hidup bersama rekan seangkatannya sehingga  semakin mengakrabkan dan menambah solid.  “Bukan hanya itu, siswa SMA Bina Insani sekaligus juga melakukan observasi, wawancara dan kajian tentang proses produksi, bahan baku dan distribusi berbagai hal yang menjadi penggerak ekonomi dan kehidupan kasepuhan,” tuturnya.

Hal itu mencakup bidang pertanian yang terdiri dari pengkajian  huma dan sawah. Juga pasca panennya. Bidang kerajinan bambu dan handam berupa lukisan wajah di bambu hitam dan gelang anyaman simpay handam. Struktur bangunan dan rumah pun dikaji termasuk sisi sejarahnya. Selain itu juga sistem kemasyarakatannya yang dikaji dari sisi budaya dan sistem pemerintahannya. 

“Bahkan siswa merasakan langsung cara membuat santan, membuat tepung, memarut gula aren menjadi gula semut, membantu membuat dodol, menganyam langsung gelang handam dan terjun langsung ke lapangan untuk melihat langsung huma, sawah, kebun tanaman obat dan juga tempat produksi aren dan kerajinan,” paparnya. 

Dengan adanya kegiatan ini, kata Dedi, siswa SMA Bina Insani menjadi lebih kenal dengan kesenian Ciptagelar berupa Jipeng-Tanji dan Jaipong. “Sejenis tanjidor atau klarinet bila di daerah lain,” ujarnya.

photo
Para guru SMA Bosowa Bina Insani dan pimpinan Sekolah Bosowa Bina Insani (SBBI) berfoto  bersama Abah E Suhendri Wijaya dari Kasepuhan Ciptamulya. 

Dedi mengungkapkan, harmonisasi sangat terasa di Ciptamulya. “Sinkronisasi modernisasi dan sisi tradisional, pemerintahan administratif dan adat, keseimbangan alam dan tentunya tentang pemikiran jangka panjang mengamankan kebutuhan pokok yaitu padi di leuit menjadi hal menarik dari Ciptamulya. Bukan saja di Leuit si Jimat saja tetapi di leuit-leuit yang berada di setiap rumah warga menjadi penjamin pasokan kebutuhan pokok cukup untuk sepanjang tahun. Bahkan tahun selanjutnya,” tuturnya.

Ketua Panitia Pelaksana Homestay, Cucup Shohibul Maqomat mengatakan, alam Ciptamulya sangat kaya.  Meski kontur wilayah yang berbukit dan berundak, berbagai tanaman buah seperti kaweni, durian, pohon kelapa, pohon nira dan manggis gampang ditemui.

“Maka tidak heran, kebutuhan akan tepung beras, ketan, gula semut, santan mudah untuk dipenuhi.  Bahkan beberapa unggas, ikan dipelihara di empang,” ungkapnya.

Kasepuhan Ciptamulya, kata Cucup,  sangat menjaga peran Abah dan menjadi posisi paling penting dalam setiap keputusan dan penentu kebijakan adat kasepuhan. Bahkan termasuk perizinan menikah para warganya.

“Memberi pengalaman bagi siswa adalah penting. Mengalami langsung akan berbeda dengan hanya dengan diberikan pengetahuan saja. Semoga semua kegiatan yang dilakukan membawa banyak manfaat,” ujar Cucup.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement