Rabu 26 Feb 2020 06:45 WIB

ITS Rancang Kapal Perang Canggih

ITS rancang The Croc, kapal perang canggih yang dapat berubah menjadi tiga mode.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Yudha Manggala P Putra
The Croc, kapal perang canggih yang dapat berubah menjadi tiga mode.
Foto: ITS.ac.id
The Croc, kapal perang canggih yang dapat berubah menjadi tiga mode.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) segera merampungkan pembuatan The Croc, kapal perang canggih yang dapat berubah menjadi tiga mode sekaligus. Dirancangnya kapal perang tersebut karena Indonesia merupakan negara maritim terbesar di dunia, yang sudah selayaknya memiliki pertahanan dan keamanan maritim yang kuat untuk menegakkan kedaulatannya.

Perancang kapal perang Ir Wisnu Wardhana MSc PhD menyebutkan, jika proses pembuatan kapal saat ini sudah mencapai 90 persen, dan ditarget selesai tahun ini. Kapal yang dilengkapi dengan dua mesin 350 tenaga kuda tersebut memiliki ukuran cukup ramping, dimana panjangnya hanya 12 meter dan lebarnya hanya 3 meter.

Kapal yang mulai dirancang pada 2011 ini, menurut Wisnu, dapat berubah menjadi tiga mode yakni kapal selam, kapal hidrofoil, dan kapal biasa pada umumnya. “Tentu hal tersebut sukses menjadi temuan baru pada dunia perkapalan internasional," kata dosen Teknik Kelautan ITS melalui siaran persnya, Selasa (25/2).

Wisnu menjelaskan, kapal hidrofoil merupakan kapal yang memiliki bagian seperti sayap yang dipasangkan pada penyangga di bawah lambung kapal. Ketika meningkatkan kecepatannya, kapal hidrofoil dapat menimbulkan gaya angkat yang menjadikan lambungnya terangkat dan keluar dari air. "Sehingga kapal terlihat seperti melayang," ujarnya.

Terbuat dari aluminium, kata Wisnu, kapal tersebut telah dirancang memiliki bobot yang cukup ringan supaya bisa melayang. Sedangkan sayap kapal, terbuat dari baja karbon. Ketika digunakan sebagai kapal selam, air dimasukkan ke dalam kapal untuk menurunkan posisi kapal tersebut. "Kedalamannya bisa mencapai sepuluh meter," kata Wisnu.

Ketika menyelam, lanjut Wisnu, kecepatan kapal ini bisa mencapai 15 knot. Sedangkan dalam mode hidrofoil, kecepatannya bisa mencapai 35 sampai 45 knot. Wisnu mengungkapkan, kapal ini cocok digunakan sebagai kapal pengintai yang bisa dipakai untuk menangkap para pencuri ikan di perairan Indonesia.

Alasannya, kata Wisnu, kapal pencuri ikan tidak akan mengetahui kedatangan dari kapal perang ini ketika dalam mode selam. Sehingga pencuri ikan tersebut tidak akan kabur ketika The Croc ini datang. Dalam proses pembuatannya, Wisnu juga bekerja sama dengan TNI AL, Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek), dan beberapa pihak lainnya.

Harapannya, The Croc sebagai kapal perang buatan dalam negeri ini bisa membantu dalam menjaga pertahanan dan keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Seperti adanya penyeludupan atau pencurian yang kerap terjadi di perairan Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement