Senin 17 Feb 2020 23:34 WIB

Katamataku UI Bantu Penyandang Kusta Berdaya

Kacamataku UI membantu penyandang kusta berdaya sekaligus menghilangkan stigma.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Ketua Tim Kacamataku UI dr Yunia Irawati SpM(K) saat seminar World Leprosy Day.
Foto: Adysha Citra R/Republika
Ketua Tim Kacamataku UI dr Yunia Irawati SpM(K) saat seminar World Leprosy Day.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyandang kusta tak hanya dihadapkan pada penyakit yang memengaruhi kondisi kesehatan fisiknya saja. Penyandang kusta juga sering kali harus bergelut dengan stigma negatif yang membuat mereka terasingkan dan sulit mendapatkan pekerjaan.

Berangkat dari kepedulian terhadap penyandang kusta, pada awal 2018 sebanyak 18 dokter spesialis mata, dokter spesialis kulit, dan dokter dari unit rehabilitasi medik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan RS dr Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM) melakukan kegiatan pengabdian masyarakat untuk penyandang kusta. Kegiatan awal yang dilakukan oleh para dokter yang tergabung dalam Identifikasi Tanda-tanda Kelainan Mata, Kulit, dan Ekstremitas pada Kusta (Katamataku) ini adalah bakti sosial di kampung kusta Sitanala, Tangerang.

Baca Juga

"Waktu itu kami mengadakan skrining pasien lepra (kusta), kira-kira ada kelainan apa saja sih, ada masalah kesehatan apa saja," ungkap Ketua Tim Katamataku UI dr Yunia Irawati SpM(K) kepada Republika.co.id saat ditemui dalam seminar World Leprosy Day "What We Should Know about Leprosy" di Gedung IMERI FKUI, Jakarta.

Dari situ, Katamataku menyadari bahwa penyakit kusta tak hanya memengaruhi masalah kesehatan para penyandang kusta. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae ini juga memengaruhi beragam aspek kehidupan para penyandang kusta.

Tim Katamataku menyampaikan permasalahan ini kepada berbagai fakultas yang ada di Universitas Indonesia. Alhasil, semua fakultas yang ada di Universitas Indonesia menunjukkan respons yang positif untuk bisa berperan dan membantu meringankan beragam permasalahan yang dihadapi penyandang kusta sesuai bidang masing-masing.

Berkat kerjasama multidisiplin ini, tim Katamataku membidik tiga tema utama untuk membantu meringankan dan mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh penyandang kusta. Ketiga tematik tersebut adalah kesehatan, agroekonomi, dan antistigma.

Para dokter dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia saja didukung oleh Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Ilmu Keperawatan, serta Fakultas Farmasi untuk membnantu penyandang kusta di tiga bidang tersebut.

"Jadi semua yang berhubungan dengan kesehatan, kami bersatu untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan kesehatan," ungkap Irawati.

Beberapa fakultas lain, seperti Fakultas MIPA, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Teknik, Fakultas Ilmu Administrasi, Vokasi, hingga Fasilkom turut bahu-membahu untuk melakukan kegiatan yang berkenaan dengan tematik Agroekonomi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan bertujuan untuk membantu memberdayakan para penyandang kusta agar bisa menjadi mandiri secara keuangan.

"Seperti (diajarkan) membuat pupuk. Bukan hanya dibikin untuk mereka sendiri, tetapi juga bisa dijual. Artinya, kami ingin mereka bisa berdaya lagi," ujar Irawati.

Ada pula Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Bahasa, hingga Fakultas Hukum yang bergelut dalam tematik antistigma. Kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan bertujuan untuk mengentaskan stigma negatif yang melekat dan membatasi ruang gerak para penyandang kusta.

"Kalau cuma satu, kesehatan saja, kelihatannya kami tidak menyelesaikan masalah. Kita harus bersama-sama," lanjut Irawati.

Irawati berharap beragam kegiatan yang dilakukan oleh Katamataku dari UI ini dapat menjadi inspirasi bagi universitas-universitas lain untuk melakukan hal serupa. Karena, menurut Irawati, untuk menyasar sebuah permasalahan di tingkat nasional dibutuhkan peran dari berbagai pihak untuk saling bekerjasama.

"Saya rasa, kalau kita bersama-sama, mestinya kita bisa mengurangi dan bahkan menurunkan serta menghilangkan (kusta) atau zero leprosy seperti keinginan WHO," kata Irawati.

Kasus kusta saat ini masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan di dunia. Sejak beberapa puluh tahun lalu, Indonesia masih menempati peringkat ketiga sebagai negara dengan kasus kusta terbanyak di dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement