Sabtu 08 Feb 2020 22:22 WIB

Mendidik Anak di Era Digital

Penulis buku Kiki Barkiah meminta orang tua menjauhkan gawai dari anak usia dua tahun

Komite Sekolah KB-TKIT As Salaam, Bekasi, mengadakan seminar parenting Islami dengan tema Mendidik Anak di Era Digital. Seminar dilaksanakan di Masjid An Nur, Bekasi Utara, dengan pembicara Kiki Barkiah, seorang penulis buku-buku parenting islami.
Foto: Dina K Syamsuddin, Bekasi
Komite Sekolah KB-TKIT As Salaam, Bekasi, mengadakan seminar parenting Islami dengan tema Mendidik Anak di Era Digital. Seminar dilaksanakan di Masjid An Nur, Bekasi Utara, dengan pembicara Kiki Barkiah, seorang penulis buku-buku parenting islami.

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Mendidik anak di era digital seperti saat ini bukanlah hal mudah. Tak jarang orang tua yang mengandalkan gawai saat mengasuh anaknya yang masih balita, terutama bila sang anak menangis.

Fenomena itu yang mendorong Komite Sekolah KB-TKIT As Salaam, Bekasi, mengadakan seminar  parenting Islami dengan tema "Mendidik Anak di Era Digital". Seminar dilaksanakan di Masjid An Nur, Bekasi Utara, dengan pembicara Kiki Barkiah, seorang penulis buku-buku parenting islami.

"Saat ini sungguh sangat memprihatinkan ketika orang tua bangga jika ananda yang masih balita sudah pandai dalam menggunakan gadget, padahal masa-masa itu adalah masa emas kita sebagai orang tua untuk mendidik anak secara penuh dengan cara menjadi sahabat untuk anak-anak kita dan selalu menerapkan prinsip 3P (penerimaan, penghargaan, pujian)," kata Kiki Barkiah saat menyampaikan materinya.

Ia mengingatkan, pada tahapan usia anak kurang dari dua tahun, sebaiknya orang tua dalam mendidik anak tanpa televisi ataupun gawai. Sekalipun itu untuk alasan mengedukasi anak.

Sebab, di usia tersebut,  otak anak berkembang sangat pesat dan stimulasi motorik dapat mempengaruhi perkembangan otak. Hal tersebut dikarenakan gambar visual yang ditampilkan di televisi/gawai menggambarkan benda nyata.

"Sehingga sebaiknya kita sebagai orang tua lebih tepat apabila kita secara langsung memperkenalkan benda tersebut dengan cara merangsang motorik anak dengan cara memegang dan merasakannya."

 

Dia menambahkan, setelah anak berusia dua tahun, sang anak baru akan mengetahui bahwa gambar visual yang selama ini ditonton sama dengan benda di dunia nyata.

Kiki menjelaskan, anak di bawah usia satu tahun sebetulnya sangat tertarik dengan suara dan perhatian orang tua dibandingkan dengan mainan ataupun video-video yang ada di gawai. Karena di tahun pertama ini adalah masa dimana anak membangun kepercayaan diri pada dunianya.

Hal-hal yang perlu diperhatikan orang tua dalam mengasuh anak:

1. Gawai

- Tidak memberikan multimedia kepada anak di bawah 2 tahun

- Memiliki aturan yang jelas kepada anak dengan manajemen gawai yang baik dari segi konten maupun waktu (waspadai konten yang tidak diperuntukkan bagi anak).

- Mendampingi anak dengan cara menonton bersama-sama.

2. Bermain

- Bermain dengan cara yang tidak terstruktur lebih berharga daripada paparan media elektronik.

- Bermain itu penting. Karena bermain bersama orang dewasa maupun bermain mandiri dapat merangsang kreativitas anak.

3. Belajar

- Sarana anak untuk dapat berpikir kreatif, berusaha dalam memecahkan masalah dan menyelesaikan tugas dengan baik.

Anak-anak di era digital sudah banyak yang terpapar media elektronik. Banyak waktu mereka yang terbuang sia-sia sehingga hal ini berpotensi menyebabkan mereka menjadi generasi yang tidak produktif.

Hal ini juga dapat mengakibatkan masalah juga terhadap anak seperti hilangnya fokus, gangguan belajar, gangguan tidur, gangguan makan, dan lainnya.

Pengirim: Dina K Syamsuddin, Bekasi

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement