Rabu 29 Jan 2020 05:07 WIB

Benarkah di Purworejo Pernah Berdiri Kerajaan?

Gara-gara Keraton Agung Sejagat nama Purworejo naik daun.

Rep: Ali Mansur/ Red: Karta Raharja Ucu
Kerajaan fiktif, Kerajaan Agung Sejagat (Ilustrasi)
Foto: Youtube
Kerajaan fiktif, Kerajaan Agung Sejagat (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama Purworejo naik daun seiring viralnya pemberitaan Keraton Agung Sejagat. Terlepas raja Keraton Agung Sejagat, Kanjeng Sinuwon Toto Santoso Hadiningrat jika kerajaannya adalah hasil khayalannya, benarkah di Purworejo pernah berdiri kerajaan?

Pakar Budaya Kerajaan Nusantara Universitas Indonesia (UI), Profesor Agus Aris Munandar menyampaikan hingga kini belum ada situs yang konkrit jika di Purworejo pernah berdiri sebuah kerajaan di masa lampau. Hanya saja, wilayah yang berjarak sekitar 122 km dari Semarang itu pernah menjadi bagian dari kerajaan besar Galuh Kuno atau Galuh Purba.

Baca Juga

"Ini baru tafsir para sarjana, Purworejo awalnya masuk kerajaan Galuh Kuno, pusatnya di sekitar Ciamis. Galuh Kuno itu menguasai wilayah Priangan Timur sampai wilayah Purworejo, Purwokerto, Banjarnegara," ujar Agus saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (23/1).

Setelah itu, lanjut Agus, Kerajaan Galuh Kuno terbagi menjadi dua yaitu Galuh dan Kerajaan Mataram Kuno atau Kerajaan Medang. Sehingga jika dilihat dari geografis semestinya wilayah Purworejo saat itu masuk ke dalam kekuasaan dari Kerajaan Mataram Kuno yang mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Raja Balitung, sekitar tahun 898-910 Masehi.

Menurut Agus yang membangun Mataram Kuno adalah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (723-732) dari kerajaan Galuh Kuno. Bahkan Sanjaya sendiri pernah menjadi raja di Galuh Kuno tapi kemudian diserahkan ke adiknya.

Sanjaya memilih fokus di Mataram Kuno yang meliputi Wonosobo, Temanggung, Purworejo sampai ke perbatasan barat merapi. Kemudian Sanjaya menurunkan raja-raja Mataram Kuno seperti Sri Maharaja Rakai Panangkaran, Sri Maharaja Panunggalan, Sri Maharaja Rakai Warak, Sri Maharaja Rakai Garung, Sri Maharaja Rakai Pikatan, Sri Maharaja Rakai Kayuwangi, Sri Maharaja Rakai Watuhumalang dan Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung.

"Jadi kalau mau dihubungkan dengan kerajaan, mestinya Purworejo masuk ke Mataram, tapi memang belum ada bukti arkeologisnya, atau semoga saja belum ketemu bukan tidak ada," kata Agus.

Kemudian terkait klaim Toto bahwa dirinya sebagai pewaris tahta Kerajaan Majapahit dan Mataram Kuno sangat sulit untuk dibuktikan kebenarannya. Selain sulit mendeteksi apakah dia benar-benar keturunan dari Raja Mataram, secara fakta sejarah hubungan Mataram Kuno dengan Majapahit sangat jauh. Sebab selain wilayah kekuasaannya berbeda juga beda jaman. Mataram yang berpusat di Jawa Tengah itu hanya sampai abad ke-10, sementara Majapahit berkembang setelah Singosari yaitu di abad 14-15.

Selain itu Mataram Kuno dengan Majapahit juga berbeda dinasti. Jika Mataram Kuno dinastinya Syailendra atau ada yang bilang Sanjayawangsa, sementara  Majapahit itu dinastinya Ken Arok, atau Rajawangsa. Sehingga dengan demikian tidak bisa ditarik atau mengaitkan sebagai pewaris kedua tahta begitu saja.

"Bahkan pada masa Majapahit berkembang di Jawa Tengah itu tidak data atau sampai sekarang belum ditemukan datanya. Jarak dari Mataram ke Majapahit itu sangat jauh sekitar 400 tahunan," terang Agus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement