Selasa 21 Jan 2020 10:43 WIB

Presensi Online Diterapkan, Rektor IPB Sambangi Ruang Kuliah

Mahasiswa harus menjadi pembelajar yang lincah dan tangguh.

IPB University mulai menerapkan presensi online.
Foto: Dok IPB University
IPB University mulai menerapkan presensi online.

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Memasuki Semester Genap tahun akademik 2019/2020, IPB University telah menerapkan presensi online bagi mahasiswanya. Presensi online tersebut bertujuan menyambut Green Campus 2020 yang salah satunya mengimplementasikan kebijakan paperless. 

Kebijakan presensi online ini ditujukan untuk meningkatkan efisiensi sehingga tenaga kependidikan (tendik) tidak perlu lagi melakukan rekapitulasi kehadiran mahasiswa. Inovasi presensi online ini juga dapat meningkatkan disiplin kehadiran mahasiswa dan dosen sehingga perkuliahan dapat dimulai tepat waktu.

Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan, Dr Drajat Martianto menjelaskan, dosen yang hendak mengajar mata kuliah diwajibkan menampilkan kode QR sebelum perkuliahan dimulai. Kode QR ini dapat disiapkan oleh tendik di ruang yang sudah tersedia komputer.  “Kalo kode QR-nya sudah ditampilkan di layar, mahasiswa yang datang wajib melakukan scanning sambil masuk ke dalam kelas sebelum duduk di kursinya,” papar Dr Drajat dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Presensi online ini diterapkan untuk pertama kalinya bagi mahasiswa Program Pendidikan Kompetensi Umum (PPKU) IPB University pada Senin (20/1). Untuk memastikan presensi online berjalan lancar, Rektor IPB University, Prof Arif Satria  menyambangi beberapa kelas untuk memastikannya.

Kali pertama diimplementasikan, ternyata presensi online ini masih menemukan beberapa kendala. Kendala yang ditemukan antara lain adalah beberapa laptop dosen belum terhubung ke koneksi internet IPB Access, proses scanning memerlukan waktu 10-15 menit, kualitas LCD dan ruangan yang terlalu terang menyebabkan kode QR tidak bisa discan.

Pesan rektor

Memasuki semester genap ini, Prof Arif Satria berpesan kepada para mahasiswa supaya menjadi pembelajar yang lincah dan tangguh. “Menjadi pembelajar yang lincah dan tangguh adalah bekal penting menghadapi perubahan dan ketidakpastian. Hanya orang-orang yang bermental pembelajar yang akan bisa adaptif terhadap perubahan,” paparnya.

Arif Satria juga menegaskan, ilmu pengetahuan saat ini terus berkembang dan hanya pembelajar yang tangguhlah yang akan mampu mengikuti perkembangan ilmu tersebut dan bahkan bisa menjadi penentu kecenderungan ilmu pengetahuan.

“Ilmu dan skill yang kita gunakan suatu saat akan tumpul di saat volatilitas perubahan terjadi, kecuali apabila kita mampu terus mengasahnya. Mengasah ini-lah yang menjadi ciri para pembelajar,” tambah Prof Arif Satria.

Sementara itu, kepada para dosen, Prof Arif Satria berpesan supaya para dosen dapat memberikan muatan lebih pada perkuliahan. Maksudnya adalah para dosen tidak sekedar menyampaikan dan menjelaskan teks materi kuliah, tetapi juga menginspirasi mahasiswa.

“Menginspirasi berarti menggugah mahasiswa untuk semakin bersemangat belajar, berpikir dan berbuat sesuatu yang berguna bagi kemaslahatan. Semakin kita mampu menginspirasi, semakin cinta mahasiswa pada ilmu yang kita ajarkan dan semakin cinta mahasiswa pada perkuliahan kita. Kecintaan mahasiswa pada perkuliahan merupakan pintu untuk menciptakan powerfull agile learner,” tuturnya.

Guru Besar IPB University dari Fakultas Ekologi Manusia ini  juga berpesan supaya para dosen dapat memberikan keteladanan bagi para mahasiswa. Sebagaimana ungkapan Ki Hajar Dewantara, “ing ngarso sung tulodho” yang berarti di depan harus memberikan keteladanan.

“Spirit pembelajar butuh keteladanan, dan bagi mahasiswa dosen adalah sumber keteladanan. Keteladanan paling sederhana adalah kedisiplinan dosen, seperti masuk ruang kuliah tepat waktu,” pungkasnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement