Rabu 22 Jan 2020 23:21 WIB

Tantangan Memproduksi Film Dokumenter

Membuat film dokumenter harus dilandasi riset dan data sejarah.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Dwi Murdaningsih
Film (Ilustrasi)
Foto: Pixabay
Film (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sutradara Jay Subyakto memaparkan tantangan memproduksi film dokumenter. Menurut dia, tantangan terbesar adalah adalah membuat konten faktual.

Hal itu Jay sampaikan saat mengisi menggelar Sharing Season Content Creator Film Documentary di 150 Cafe & Resto, Jalan Sulaksana, Kota Bandung, Selasa (21/1). Acara ini digelar oleh Adirajasa Reswara Sanjaya (ARS) University.

Baca Juga

Jay mengatakan membuat film dokumenter harus dilandasi riset dan data sejarah, karena menyangkut kebenaran yang terjadi. Tantangan lainnya, kendati dibuat dengan biaya tinggi, namun peminat film dokumenter di dalam negeri masih rendah. Hal ini, berbeda dengan beberapa negara seperti warga Australia, yang menaruh minat besar pada film dokumenter.

ARS University  mendorong mahasiswanya memiliki kecakapan bidang multimedia, khususnya konten digital. Menurut Rektor ARS University, Purwadhi, bidang keahlian ini memiliki prospek cukup bagus, di tengah era revolusi industri 4.0.

Purwadhi mengatakan, pihaknya terus mendorong mahasiswanya memiliki keahlian dan kecakapan di bidang konten digital. Seperti produksi film dokumenter. Keahlian ini, menjadi bagian dari program studi yang diajarkan Fakultas Komunikasi dan Desain ARS University di Bandung.

"Profesi membuat film dokumenter adalah bidang yang memiliki masa depan tapi belum banyak dipahami," ujar Purwadhi, kepada wartawan, Rabu (22/1).

Padahal, menurut Puwardhi, ia menilai, ini adalah kompetensi yang harus dimiliki mahasiswa. "Kalau ditekuni dengan baik, akan bernilai ekonomi," katanya.

Salah satu cara meningkatkan kemampuan mahasiswa memproduksi konten digital film dokumenter, kata dia, adalah rutin menggelar acara sharing session diluar jadwal kuliah. Acara tersebut, menghadirkan pembicara profesional.

Purwadhi mengatakan, kecakapan memproduksi film dokumenter adalah perpaduan antara soft dan hard skill. Harapan kami, ini membantu mahasiswa mengetahui bagaimana membuat film dokumenter, menambah keyakinan mahasiswa atas profesi ini," imbuh dia.

Dekan Fakultas Komunikasi dan Desain (FKD) ARS University Dasrun Hidayat mengatakan, acara ini merupakan kegiatan rutin FKD. Tujuannya, meningkatkan pemahaman mahasiswa membuat konten digital.

Kegiatan ini,  merupakan bagian dari kurikulum ARS.  Yakni, menekankan pada bagaimana membuat internet kreator. Seperti film televisi, digital multimedia, dan lainnya.

"Mengacu pada perkembangan teknologi digital, kami ARS University ingin unggul dari sisi digital preaner," katanya.

Menurut dia, secara teori mahasiswa telah menguasai cara membuat film dokumenter. Namun mereka perlu meningkatkan pemahaman dari praktisi yang telah lama berkecimpung di dunia nyata.

"Outputnya, kami berharap mahasiswa bisa membuat film dokumenter, dan ikut  berbagai kompetisi. Mereka menerapkan skill ini dan memproduksi untuk dikompetisikan," kata Dasrun seraya mengatakan beberapa mahasiswanya sudah mendapatkan penghargaan dan harus terus dipertahankan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement