Rabu 22 Jan 2020 04:31 WIB
Habib Riziek (HRS)

Bagian I: Memeluk Habib Rizieq di Makkah

Meski di Makkah perlu cara berliku dan kesabaran agar bisa bertemu Habib Riziek

Setiayardi memeluk Habib Riziek di Makkah
Foto: Setiyardi
Setiayardi memeluk Habib Riziek di Makkah

Oleh: Setiyardi, Jurnalis Senior

Pekan lalu saya umrah ke Tanah Suci. Saya memimpin jamaah Mitra Amanah Travelindo, mengunjungi Madinah dan Makkah. Saya ajak orang tua, kerabat dan sahabat dekat saja. Beberapa teman minta dijadwal ulang. "Gua akan berangkat bersama istri. Tolong atur kembali," kata Wasekjen Demokrat Andi Arief, sahabat kecil saya. Dan pesawat Saudi Airlines membawa kami menuju Bandara King Abdul Aziz, di Jedah. Alhamdulilah semua program berjalan lancar. Tak ada aral berarti.

Setelah rukun umrah beres, saya mengontak Ustad Abdul Wahid. Beliau orang kepercayaan Habib Rizieq Shihab yang menjadi satu-satunya kunci masuk ke tokoh pendiri Front Pembela Islam [FPI]. Tak ada jalur lain menuju Habib Rizieq.

Ustad Abdul Wahid tokoh di belakang semua pergerakan Habib Rizieq selama di 'negeri pengasingan', di Arab Saudi. Abdul Wahid, lelaki asli Sampang, Madura ini, sudah hampir 20 tahun bermukim di Arab. Dia paham kultur dan memiliki jaringan yang baik di sana.

Tak sembarang orang bisa bertemu Habib Rizieq. Banyak tokoh yang keinginannya tak dipenuhi. Seorang Ketua Lembaga Tinggi Negara +62, sebut saja inisialnya 'L', misalnya, tak diperkenankan datang.

Gambar mungkin berisi: 2 orang, orang tersenyum, orang duduk
Keterangan Foto:Setiyardi di kediaman Habib Riziek di Makkah.

Saya mendapat nomor kontak Ustad Abdul Wahid dari seorang wartawan Obor Rakyat, yang juga keponakan Habib Rizieq. Saya menghubungi Ustad Abdul Wahid via kanal WhatsApp. Setelah memperkenalkan diri, dan Ustad tahu saya pernah dipenjara oleh rezim Jokowi, beliau langsung merespon. "Besok ba'da dhuhur Insya Allah diterima HRS di rumahnya".

Saya lantas menanyakan alamat kediaman Habib Rizieq. Tapi hingga menit terakhir WA saya belum dijawab. Seorang jamaah, Zarkoni, adik KH Didin Hafizdudin, tahu saya sedang mengatur pertemuan dengan Habib Rizieq. "Kalau boleh, saya ikut," katanya. Saya mengiyakan.

Malam hari Ustad Abdul Wahid kembali mengontak. Dia bertanya siapa saja yang akan datang. Sepertinya Ustad memverifikasi tamu yang berniat datang. "Saya dan seorang teman. Namanya Zarkoni, adik KH Didin Hafizdudin," ujar saya. Kemudian WA kembali sepi. Tak ada komunikasi lanjutan. Pertanyaan saya tentang alamat rumah Habib Rizieq belum dijawab. Saya agak gamang.

Keesokan hari, 16 Januari 2020, menjelang dhuhur, saya ajak Zarkoni ke Masjidil Haram. Sedangkan jamaah yang lain hari itu saya buatkan program ke Kota Thaif, dipimpin Muthawif yang berpengalaman. Saya dan Zarkoni menunggu denting WA di Masjidil Haram. Setelah Dhuhur usai, saya tak kunjung mendapat alamat. Saya menunggu sambil berdzikir: Ya Rahman, Ya Rahiem ...

Sejam berlalu. Tiba-tiba Ustad Abdul Wahid mengirim WA. Isinya cuma share location alamat, di Nuzha, Mekah. Saya cek di telpon jaraknya sekitar 30 menit dengan taksi. Kami bergegas keluar masjid, mencari taksi di sekitar pertigaan Ajyad, depan Masjidil Haram. Dan taksi di Mekah tak sulit. Saya tujukan google maps yang di kirim Ustad Abdul Wahid. Sopir taksi asal Pakistan langsung paham. "20 riyal," katanya.

Gambar mungkin berisi: 3 orang, orang tersenyum, orang berdiri

Kami langsung masuk taksi, dan menuju titik lokasi. Sopir taksi meminjam HP saya sebagai panduan. Dia tertawa karena instruksi google maps saya masih dalam bahasa Indonesia. Tapi dia paham. Setelah sampai di titik lokasi, sopir bilang itu sebetulnya bukan kawasan Nuzha. Sepertinya Ustad Abdul Wahid sengaja menyamarkan lokasi sesungguhnya rumah Habib Rizieq.

Kami turun dari taksi. Tak tahu harus kemana. Semua rumah di Mekah mirip. Bagunan kotak berwarna seragam. Saya segera kirim foto lokasi ke Ustad Abdul Wahid. Cuma ada jawaban "tunggu saja". Benar saja, 15 menit kemudian dari kejauhan ada mobil pick up tua dikendarai seorang Arab, dengan pakaian khas setempat. Dia membunyikan klakson berulangkali, sambil melambaikan tangan ke kami. Saya langsung paham. Mobil itu berjalan perlahan, dan kami mengikutinya sambil berjalan kaki. Beberapa blok, kami sampai di kediaman Habib. Sang pemandu berkata, "Sayyid?" Saya membenarkan kode itu ...

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement