Rabu 15 Jan 2020 14:12 WIB

Perjuangan Spirlee Jadi Lulusan Terbaik FKH IPB University

Spirlee Anesta Sanas menjadi lulusan terbaik dengan IPK 3,78.

Rep: Nugroho Habibie/ Red: Dwi Murdaningsih
Spirlee Anesta Sanas menjadi lulusan terbaik di Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB University dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,78.
Foto: republika/nugroho habibie
Spirlee Anesta Sanas menjadi lulusan terbaik di Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB University dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,78.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Spirlee Anesta Sanas bersusah payah menyelesaikan kuliah di Fakultas Kedokteran Hewan IPB University. Dia tak pernah membayangkan berhasil memperoleh indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,78 dengan menyandang status lulusan FKH terbaik.

Semester akhir, Spirlee harus berjuang untuk menyelesaikan skirpsi ditengah kondisi perekonomian keluarganya yang sulit. Biaya yang mulanya ditanggaung oleh orangtua, tak lagi didapat.

Baca Juga

Ia harus mencari uang dengan keringatnya sendiri untuk dapat melanjutkan kuliah dan menyelesaikan skripsinya. “Akhirnya saya harus bekerja part time untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan kuliah," kata Spirlee.

Spirlee bekerja paruh waktu untuk memenuhi biaya hidup dan pendidikan diperantauan. Sejumlah pekerjaan pernah ia lakoni mulai dari penjaga toko roti, tukang laundry, penjaga kasir hingga menjadi agen pemasar.

Semasa bekerja di sebuah toko roti, setiap sore ia harus datang untuk bekerja. Per bulannya, ia mendapat upah sebesar Rp 750 ribu.

Pada saat yang sama, Spirlee harus berlarut-larut di perpustakaan kampus IPB yang menyediakan komputer. Sebab, laptop yang ia miliki sedang rusak dan tak dapat digunakan.

Lebih dari itu, ia tak mudik sewaktu libur lebaran tiba untuk mencari rizki. Ia harus memikirkan pembayaran semester yang sudah di depan mata.

“Alhamdulillah saya bisa lulus 9 Juli 2019, dua minggu sebelum pembayaran uang kuliah tunggal (UKT) semester 9," tutur Gadis asal Madiun, Jawa Timur.

Selama mengambil studi Kedokteran Hewan di IPB University, ia menyadari profesi dokter hewan memiliki peran yang sangat strategis di dalam masyarakat. Ia menilai penanganan terhadap hewan tak dapat dilepaskan dengan  kesehatan masyarakat.

Usai lulus di FKH, ia berkomitmen untuk memberi kontribusi bagi masyarakat luas melalui disiplin ilmunya. Ia berharap, ilmu yang dienyam semasa di IPB dapat dipergunakan untuk membantu kehidupan masyarakat.

"Tentu saja diperlukan kerja sama antar berbagai disiplin ilmu untuk mewujudkan tidak hanya kesejahteraan hewan namun juga kesejahteraan manusia itu sendiri,” tambahnya.

Alumnus SMAN 1 Madiun Jawa Timur itu mengungkapkan kesuksesannya tak terlepas dari orangtuanya. Meskipun, ia menceritakan kedua orangtuanya harus bersusah payah memenuhi kebutuhan tersebut.

Bagi keluarganya, pendidikan menjadi prioritas yang utama. Sejak kecil, ia mengaku, orang tuanya sangat peduli terhadap pendidikan. Sampai-sampai, meminjam sana-sini untuk membantu biaya Spirlee.

Dengan demikian, Spirlee menjadi satu-satunya orang yang menyandang gelar sarjana. Sebab, kedua orang tuanya yang sempat berkuliah gagal memperoleh gelar lantaran tak mampu membayar biaya kuliah.

“Dari saya kecil sampai sekarang orangtua saya selalu berusaha memenuhi kebutuhan saya terutama yang berkaitan dengan akademik saya. Saya diikutkan les di sana-sini, bahkan hingga dimasukkan ke sekolah akselerasi yang waktu itu masih terkenal mahal,” ujar anak pertama dari dua bersaudara ini.

Saat ini Spirlee bekerja di salah satu perusahaan swasta sembari mengumpulkan biaya untuk menempuh pendidikan Profesi Kedokteran Hewan. Ia bekerja sebagai terapis untuk anak-anak autis agar dapat melakukan aktivitas sesuai dengan standar yang ada di masyarakat. Spirlee mengaku, dengan bekerja di tempat tersebut, dapat mengajarkannya untuk senantiasa bersyukur serta melatih kesabaran dan empati secara lebih mendalam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement