Jumat 10 Jan 2020 09:45 WIB

Peneliti Kembangkan Pembasmi Hama Manfaatkan Drone Otonom

Serangan hama dan penyakit tanaman merupakan masalah yang kerap dihadapi petani.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Gita Amanda
Peneliti FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan inovasi sistem pembasmi hama dan penyakit tanaman. Foto petani usir hama tikus (ilustrasi).
Foto: Antara
Peneliti FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan inovasi sistem pembasmi hama dan penyakit tanaman. Foto petani usir hama tikus (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Peneliti FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan inovasi sistem pembasmi hama dan penyakit tanaman. Kali ini, melalui udara dengan memanfaatkan pesawat tanpa awak (drone) secara otonom.

Salah satu peneliti, Andi Dharmawan mengatakan, sistem pembasmi hama dan tanaman penyakit ini menggunakan edrone. Yaitu, modul flight controller untuk drone yang dibuat secara mandiri. "Dengan kemampuan terbang secara autonomus," kata Andi, Kamis (9/1).

Baca Juga

Ia menilai, serangan hama dan penyakit tanaman merupakan masalah yang kerap dihadapi petani di Tanah Air. Hal itu membuat penurunan hasil pertanian dan perkebunan yang dapat mengancam ketahanan pangan.

Sedangkan, penanganan hama dan penyakit tanaman tidak bisa dilakukan dengan cepat akibat lahan yang luas dan tersebar. Karenanya, peneliti dari Prodi Elektronika dan Instrumentasi mengembangkan inovasi itu.

Andi menuturkan, sistem dikembangkan memakai pesawat tanpa awak (UAV) berjenis fixed wing. UAV dilengkapi komponen elektronik seperti motor brushless, motor servo, GPS, telemetri, baterai, dan IMU6 DOF.

Secara mekanik, dilengkapi propeler 13, maxiumum take of weight empat kilogram, dan badan yang dibuat dari hardfoam. Dilengkapi pula flight controller yang merupakan metode kendali Linear Quadratic Regulator (LQR).

"Penggunaan flight controller ini diperlukan agar UAV bisa terbang dengan stabil dan menjalankan misi secara otonom," ujar Andi.

Selain itu, UAV memiliki kemampuan membawa pestisida yang nantinya akan disemprotkan untuk membasmi hama dan penyakit tanaman. UAV dimanfaatkan pula untuk pemetaan penyakit-penyakit tanaman.

Bersama peneliti lain, Agus Harjoko, Andi membuat sistem teknologi pengenalan penyakit dan hama untuk mengidentifikasi jenis penyakit tanaman. UAV dilengkapi flight controller yang didukung BTS Baloon.

Nantinya, UAV akan melakukan pemantauan dan pemetaan ke daerah yang ditentukan. Hasilnyam diproses memakai artificial intelegence (AI) untuk mengidentifikasi daerah yang terkena hama dan penyakit tanaman.

"Pemetaan dilakukan menggunakan tiga wahana fixed wing dan bisa memetakan hingga 200 hektare," kata Andi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement