Kamis 19 Dec 2019 06:55 WIB

Berikrar Syahadat, Ashalina: Mereka Menangis dan Memelukku

Ashalina menemukan kebahagian setelah berikrar syahadat.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Ashalina Safa Malaika
Foto: Republika/ Ratna Ajeng Tejomukti
Ashalina Safa Malaika

REPUBLIKA.CO.ID, Ramah, kesan pertama saat Republika.co.id bertemu dengan wanita bercadar ini. Republika.co.id mengenalnya melalui media sosial, kami membuat janji temu di apartemen tempat tinggalnya di daerah Jakarta Barat.  

Tak butuh waktu lama untuk membuat perbincangan menjadi cair, menyapa kemudian kami berdua memilih berbincang di sofa lantai dua lobi apartemennya.  

Baca Juga

Ashalina Safa Malaika, nama ini diberikan teman Muslimnya setelah dia menjadi mualaf. Muslimah yang kini konsisten menggunakan cadar ini pun mulai menceritakan kisahnya dalam mencari hidayah Allah SWT.  

"Aku dari keluarga yang tidak terlalu taat agama, meski papaku memiliki klenteng,"tutur dia.  

Rumah orang tuanya di Belitung berhadapan langsung dengan gereja, dan setiap Ahad, pendeta di gereja tersebut sering mengajak dia, kakak dan adiknya untuk main di gereja. 

Hingga sekolah dasar tiga bersaudara tersebut memeluk Kristen, sedangkan kedua orang tuanya tetap menganut Konghuchu yang saat itu masih tergabung dalam Buddha.

Sejak TK hingga SMP, Grace Muten nama aslinya bersekolah di sekolah negeri dengan mayoritas siswa beragama Islam. Namun dia tidak merasa dibeda-bedakan.  

Karena mayoritas Muslim, Asha pun sering melihat teman-temannya shalat, mengaji dan ikut mendengarkan ceramah. "Aku juga sering dengar ceramah setiap Ramadhan dan ikutan puasa juga, ikutan ngabuburit juga naik motor,"jelas dia.  

Ketika ke sekolah juga dia sering mengenakan rok panjang meski tidak diwajibkan karena non-Muslim. Meski begitu dia tidak lupa untuk ke gereja setiap Sabtu ada ada acara tahunan.  

"Aku tertarik dengan Islam sejak SMP, tetapi aku belum berani mencari tahu agama Islam karena mami dan papi selalu bilang kalu kita chinese dan chinese nggak ada yang masuk Islam,"ujar dia.  

Asha yang kini berusia 24 tahun mengenang pertama kali dirinya memutuskan mengucapkan syahadat. Menginjak 10 hari terakhir Ramadhan, Ramadhan 2016 dia kembali berpuasa, karena terakhir kali berpuasa saat SMP.  

Dia sering menginap di rumah teman yang tinggal di Kobe, Jepang, untuk sahur dan berbuka bersama. Karena di Osaka dia tidak memiliki teman Muslim yang dekat.

Asha juga sering bertemu teman di masjid dan KBRI untuk mencari takjil. Dia pun harus menempuh perjalanan selama 1,5 jam menggunakan kereta.  

Pergaulannya yang lebih sering bersama Muslim, membuatnya memantapkan diri untuk konsisten mengenakan jilbab, meski belum memeluk Islam. 

Dia pun mendapat hadiah kerudung dari temannya. Tidak mudah untuk konsisten berpuasa, mulai sahur, berbuka dan tarawih. "Aku merasa lelah karena pukul 03.00 harus bangun sahur, iftar pukul 19.00, tarawih pukul 20.00 kemudian pulang pukul 22.00 dari Kobe ke Osaka, sampai rumah pukul 01.00 tetapi tidak bisa tidur karena harus bersiap dua jam setelahnay untuk sahur kembali," tutur dia. 

Namun hal itu tidak mematahkan semangatnya untuk tetap mempelajari aturan Islam dalam beribadah. Dia juga mulai belajar wudhu dan shalat dengan benar, karena selama ini shalat yang dilakukannya hanya mencontoh jamaah lain di kanan kirinya.  

Tiba saatnya, keyakinan itu datang, Asha memutuskan untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Setelah beberapa kali dia sering mendengar komentar teman-temannya yang menyayangkan dirinya belum juga bersyahadat meski telah menjalankan syariat Islam.

Asha tahu benar dia tidak mendapatkan pahala apapun meski telah menjalankan berbagai macam ibadah Islam sebelum dia bersyahadat. 

Pagi itu Juni 2016, Asha memutuskan pergi ke Masjid Kobe bersama teman-temannya, Tya, Yui dan Halimah. Di hadapan Imam Masjid Kobe dan disaksikan teman- temannya dia mengucapkan dua kalimat syahadat. "Semua menangis bahagia dan memelukku usai aku bersyahadat,"jelas dia.  

Asha mengaku Islam memiliki kejelasan berbagai hal. Karena setiap ajaran dan ibadah yang harus dilakukan semua memiliki dalil dan dasar yang jelas. Aturan yang dimiliki Islam pun jelas dengan alasan yang Allah jelaskan dalam Alquran dan hadis. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement