Jumat 03 Jan 2020 15:05 WIB

Duka Negeriku di Awal Tahun Baru

Awal tahun yang pilu bagi masyarakat Indonesia, khususnya korban banjir.

Sebuah mobil yang terseret arus banjir melintang di jalan di Kompleks IKPN Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta, Jumat (3/1/2019).
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Sebuah mobil yang terseret arus banjir melintang di jalan di Kompleks IKPN Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta, Jumat (3/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Gegap gempita suasana perayaan tahun baru mungkin masih dirasa oleh mereka yang merayakannya. Ingar bingar warna petasan dan dentuman suaranya pun seakan masih tersimpan dalam memori. Namun kala pagi menjelang, saat hari pertama di tahun baru itu, musibah datang tanpa diundang. Seketika mata terkesiap menyaksikan luapan air bah yang tumpah ruah menerjang apapun yang ada di hadapannya.

Ya, banjir bandang menyapa awal tahun baru ini. Tak hanya di ibu kota Jakarta, banjir terjadi di beberapa daerah lain. Bandung, Bekasi, Banten, Tangerang, bahkan Bogor tak luput dari terjangan banjir.

Sungguh, awal tahun yang pilu bagi kita masyarakat Indonesia dan masyarakat korban banjir khususnya. Awal tahun yang mestinya menjadi awal perubahan diri dan awal harapan baru, nyatanya kita dihadapkan pada bencana.

Ada apa gerangan dengan semua ini? Salah siapakah? Mungkin pertanyaan-pertanyaan seperti ini sempat hinggap di pikiran kita. Walau sebetulnya jika kita renungkan, jawaban atas pertanyaan itu ada pada diri kita. Sudahkah kita selama ini menjaga alam yang dianugerahkan oleh Allah Sang Pencipta dengan sebaik mungkin? Ataukah kita masih saja serakah, dan memperlakukan alam dengan sekehendak nafsu?

Lahan-lahan hijau sebagai daerah resapan air kini banyak beralih fungsi menjadi bangunan-bangunan yang tegak menjulang. Perumahan, villa, pusat perbelanjaan, wahana bermain, infrastruktur-infrastruktur mewah yang dibangun entah untuk siapa (karena tak semua rakyat dapat menikmatinya dan walaupun bisa menikmati maka rakyat harus mengeluarkan biaya yang fantastis) menjadi ambisi tersendiri manusia-manusia akhir zaman.

Kita telah lupa, bahwa Allah memberikan kita alam semesta, tumbuh-tumbuhan, hewan-hewan, tak lain agar dimanfaatkan sebaik-baiknya dan dikelola untuk kemaslahatan bersama dan tentunya harus sesuai dengan aturan-Nya. Maka jangan kaget, ketika kita menyalahgunakannya, Allah menegur kita dengan mendatangkan musibah.

Pun demikian, tatkala kita terlena dengan kehidupan dunia ini. Terbuai dengan kenikmatan semu. Bertingkah laku sekehendak hati tanpa memikirkan nurani. Bermaksiat seolah dunia milik pribadi. Dan hidup dengan aturan sendiri. Maka Allah pun tak segan-segan memperingatkan kita lewat bencana yang dikirim-Nya.

Saat bencana itu betul-betul terjadi, barulah kita sadari bahwa harta, kekayaan, ketenaran, kebanggaan kita selama ini tak ada artinya lagi. Maka, jika teguran Allah lewat musibah ini tidak membuat kita bertaubat, penyesalan yang teramat besar akan kita rasakan di akhirat kelak. Sementara pintu taubat sudah ditutup. Naudzubillah.

Oleh karena itu, marilah kita bermuhasabah. Kita kembali pada-Nya. Kembali mengingat-Nya. Kembali memakai aturan hidup-Nya. Kembali pada syariat-Nya. Kita bersama menyongsong kehidupan baru. Memperbaiki segala khilaf yang terlanjur kita lakukan di tahun-tahun lalu. Kita melakukan perbaikan bukan hanya untuk diri kita, tapi juga perbaikan untuk orang lain. Untuk kemudian, kita berharap semoga duka negeriku segera berlalu.

*Oleh: Lilih Marliah Zein, Guru di Gunung Batu, Bogor Barat

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement