Senin 23 Dec 2019 13:03 WIB

Warek UMM: Belajar tidak Harus di Kelas

Belajar dapat dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Gita Amanda
Warek Universitas Muhammadiyah Malang menyatakan belajar tak harus di dalam kelas.
Warek Universitas Muhammadiyah Malang menyatakan belajar tak harus di dalam kelas.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Wakil Rektor I Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Profesor Syamsul Arifin, menilai, belajar sesungguhnya tidak harus di kelas. Proses ini dapat dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan untuk menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan hajat hidup orang.

Baca Juga

Di antara sejumlah tipe, pameran dinilai menjadi salah contoh model pembelajaran di UMM. Dalam hal ini sebuah proses pembelajaran yang tidak dilakukan di kelas saja. 

“Apa yang dilakukan ini bagian dari menyiapkan sejak dini untuk memasuki persaingan di dunia usaha dan industri," kata Syamsul.

Sebelumnya, Program Studi (Prodi) Teknik Informatika Fakultas Teknik UMM menghadirkan 137 tenant di Pameran Inovasi Bisnis dan Teknologi Young Tech Expo 2019. Para pesertanya merupakan mahasiswa semester tiga dan lima. Mereka memiliki inovasi yang diimplementasikan dalam bentuk inovasi produk, jasa, hingga yang baru berupa prototipe. 

Dari sejumlah karya mahasiswa terdapat aplikasi kesehatan bernama DataFlow. Ini merupakan sebuah sistem translator informasi obat hanya dengan memindai gambar kemasan (scan packaging).  Aplikasi berbasis Android garapan Oktario Aldila Fachri, Kharisma Muzaki Ghufron, dan Rahmah Hutami Ramadhani ini dibuat untuk mendukung masyarakat melek literasi kesehatan dan mengetahui peruntukkan, efek serta komposisi obat.

Perwakilan Kelompok Oktario Aldila Fachri, menjelaskan literasi kesehatan umumnya dikaitkan dengan kemampuan membaca dan memahami resep obat. Sementara hasil penelitiannya menyebutkan tingkat literasi kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah. Dengan tingkat literasi kesehatan yang rendah, masyarakat cenderung sembarangan mengkonsumsi obat-obatan tanpa tahu efek yang bakal ditimbulkan.

Untuk mendukung peningkatan literasi tersebut, kata dia, dapat dilakukan dengan penyampaian informasi secara mudah dan cepat. Caranya dengan menggunakan menggunakan informasi yang sudah didapatkan melalui laman resmi milik lembaga negara yaitu Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

"Dan aplikasi kami mempermudahnya," jelas Oktario melalui pesan resmi yang diterima Republika, Ahad (22/12).

Selain inovasi tersebut, terdapat pula karya mahasiswa UMM berupa Integrated Forest Fire Management System. Inovasi dari Billy Aprilio, Yasril Imam dan Ulfah Nur Oktaviana ini berupa sistem pintar yang memanfaatkan Artificial Intelligence untuk mendeteksi kebakaran hutan. Cara kerjanya dengan memanfaatkan sensor LM35 dan sensor Flame. 

"Lalu menggunakan Artificial Intelligence sebagai pemroses data,” ungkap Perwakilan Kelompok Billy Aprilio.

Menurut Billy, data input yang didapatkan dari sistem berupa temperatur suhu dan nyala api. Artinya ketika terjadi kebakaran, maka sensor akan mendeteksi secara otomatis. Selanjutnya, sistem akan memberikan perintah untuk memompa air lalu disemprotkan ke titik terjadinya kebakaran.

"Air didapatkan dari pembuatan penampungan air embun dengan menggunakan teknologi pemanen embun menggunakan jaring atau Fog Harvesting," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement