Kamis 12 Dec 2019 21:06 WIB

Let's Love Our Mother Nature

Islam mengajarkan memelihara kebersihan, menjaga keindahan, dan kelestarian alam.

Ilustrasi.
Foto: Republika/ Wihdan
Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tahun 2019 kian mendekati ujungnya. Banyak yang kita dapatkan, termasuk sampah yang kian memenuhi bumi pertiwi. Mulai sampah rumah tangga, home industry, hingga industri besar.

Gerakan less waste, zero waste, dan semisalnya pun kian bergeliat di bumi pertiwi. Kesadaran untuk hidup minimalis pun kian digencarkan. Untuk lebih memaknai hidup, di sisi lain juga untuk mengurangi sampah di muka bumi ini.

Gerakan-gerakan ini berjalan mulai dari rumah tangga, lingkungan RT, RW, kelurahan, kecamatan, dan seterusnya. Beberapa bulan yang lalu, penulis pun menerima kuesioner dari puskesmas tentang pengelolaan sampah rumah tangga. Ini satu bukti kecil bahwa sampah sudah menjadi perhatian masyarakat luas, termasuk beberapa pejabat pemerintahan.

Kesadaran akan bahaya yang didapatkan kala kita tak berhenti menyakiti dan mengotori bumi ini dengan sampah. Kesadaran kerusakan lingkunganlah yang akan diwariskan pada anak cucu.

Sayang seribu sayang, kesadaran ini sedikit ternodai oleh kebijakan pemerintahan pusat. Di saat masyarakat secara mandiri dan kelompok mengusahakan less waste dan zero waste juga gerakan semisalnya. Pemerintah justru membuka keran impor sampah dari luar negeri. Padahal mengurus sampah di negeri sendiri pun masih banyak PR.

Efek nyatanya, sebuah LSM merilis laporan mengenai telur ayam kampung di dekat pembuangan sampah yang terbukti tercemar dioksin dalam kadar sangat tinggi dari limbah sampah impor. Dioksin merupakan polutan organik persisten yang secara ilmiah diidentifikasi sebagai "bahan kimiawi paling berbahaya dan beracun di muka bumi". Bahan kimia ini diaitkan dengan kelahiran cacat pada bayi dan Parkinson.

LSM Internasional Polutan Elimination Network (IPEN) ini menguji telur ayam kampung di desa Tropodo dan Bangun, yang merupakan kawasan pembuangan sampah plastik dari Australia, Amerika dan Inggris.

Innalillahi, rusaklah rantai makanan warga karena racun yang masuk ke dalam salah satu sumber protein yang biasa dikonsumsi masyarakat. Walau tak akan terasa langsung efek memakan telur berdioksin tersebut, tapi ia akan meningkatkan resiko terkena berbagai penyakit pada siapa saja yang mengkonsumsinya.

Sudahlah Indonesia kian dipenuhi sampah, ditambah racun yang ikut menyakiti tubuh masyarakat. Harus kembali ditelaah, apakah keuntungan mengimpor sampah dari luar negeri lebih banyak dari kerusakan yang dibuatnya? Tak adakah solusi lain selain mengimpor sampah plastik?

Jangan sampai rakyat dipaksa dan diaruskan untuk less waste, zero waste, tapi pemerintah pusat justru tidak mengeluarkan kebijakan yang ramah lingkungan. Semua pihak harus bergerak secara sinergis agar hasilnya pun bisa optimal.

Secara individu, menyadari dan melakukan gerakan less waste, zero waste. Secara masyarakat, mengaruskan gerakan ramah lingkungan, saling mengingatkan, dan support untuk kegiatan ramah lingkungan. Dan yang tak kalah penting, pemerintah mengeluarkan kebijakan yang ramah lingkungan, aplikasikan amdal yang sudah dipelajari di lingkungan pendidikan.

Ingat, bumi ini adalah amanah dari Allah untuk kita. Ada pertanggungjawaban yang akan dimintai Allah atas kondisi kerusakannya. Siapkah kita menjawab pertanggungjawaban yang akan ditanyakan? Islam pun mengajarkan untuk memelihara kebersihan, menjaga keindahan, dan kelestarian bumi.

Wallahu'alam bish shawab.

Oleh: Fatimah Azzahra, S. Pd

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement