Ahad 08 Dec 2019 04:27 WIB

Puluhan Mahasiswa di DIY Dilatih Jadi Peneliti Data

Profesi data scientist potensinya masih terbuka lebar di Indonesia.

Kementerian Pemuda Olahraga (Kemenpora) bersama Telkom Indonesia menggelar pelatihan Data Scientist pada 4-6 Desember 2019 di Digital Innovation Lounge (DILo) Yogyakarta.
Foto: Istimewa
Kementerian Pemuda Olahraga (Kemenpora) bersama Telkom Indonesia menggelar pelatihan Data Scientist pada 4-6 Desember 2019 di Digital Innovation Lounge (DILo) Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sebanyak 30 anak muda dari berbagai kampus Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mendapatkan pelatihan dasar menjadi peneliti data (data scientist) pada 4-6 Desember 2019 lalu. Pelatihan tersebut merupakan hasil kerja sama Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) serta Digital Innovation Lounge (DILo) Yogyakarta. Ternyata, menjadi data scientist tak melulu harus punya latar belakang statistik dan ilmu komputer.

Selama tiga hari anak-anak muda yang berasal dari berbagai disiplin ilmu mempelajari teori data science hingga praktik forecasting. Mereka diarahkan untuk terus mendalami dan terjun dalam profesi data scientist yang potensinya masih terbuka lebar di Indonesia.

Krisostomus Nova, narasumber dari Sadasa Academy yang memang bergelut di bidang data science, menyebut profesi data scientist saat ini memang terbilang begitu seksi. Kebiasaan masyarakat yang berubah dari analog ke digital menggunakan internet dengan media sosial atau e-commerce ternyata membentuk pola data yang bisa dianalisis.

“Di Indonesia dengan tingkat pengguna internet salah satu terbesar dunia, sosial media juga salah satu terbesar dunia pun dengan kebiasaan masyarakatnya bersosial media serta konsumtif ikut harbolnas dan sebagainya sangat potensial untuk diteliti datanya. Kami ingin teman-teman muda di Indonesia sendiri yang memanfaatkan peluang ini, jangan sampai malah dinikmati orang di luar negeri,” ungkapnya pada wartawan di akhir pelatihan.

Data scientist saat ini menjadi menarik dan profesi potensial lantaran produsen atau perusahaan membutuhkan analis data digital untuk memastikan penetrasi pasar dengan benar. “Misalnya perusahaan ingin jualan di market yang tepat, sasaran produknya pas ya harus dianalisis datanya, ke mana harus berekspansi promosi agar hasilnya maksimal. Ini mengapa mereka mau bayar mahal untuk data scientist ini,” katanya menambahkan.

Menjadi data scientist, menurut Nova, pun tak melulu harus dari latar belakang statistik dan komputer karena belajar programming tak selalu dari kampus saja. Kemauan belajar dan minat menjadi hal paling utama bagi seseorang untuk terjun menggeluti data science ini. 

Sementara Deputi Pemberdayaan Pemuda Kemenpora Prof Faisal Abdullah mengatakan pelatihan menjadi data scientist akan terus dilakukan untuk membangun minat anak-anak muda menggeluti profesi tersebut. Balikpapan, Makassar, Medan dan Jakarta akan menjadi tempat selanjutnya untuk memenuhi konsekuensi dalam era digital.

“Semua bisa berpeluang, karena era disrupsi ini mau tak mau membuat banyak pekerjaan berubah dan kita harus menyesuaikan diri. Anak-anak yang ikut selama tiga hari di Yogyakarta kemarin dari banyak disiplin ilmu, tapi mereka tertarik ingin belajar. Ini mengapa kami sampaikan semua bisa belajar,” ungkapnya, Sabtu (7/12).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement