Jumat 06 Dec 2019 21:16 WIB

Keri Lestari Jadi Guru Besar Unpad

Orasi ilmiahnya mengupas pentingnya inovasi farmasi klinik

Prof Dr Keri Lestari S.Si M.Si Apt dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Farmakologi dan Farmasi Klinik di Graha Sanusi Hardjadinata, Kampus Unpad, Jalan Dipatiukur 35, Kota Bandung, Jumat (6/12).
Foto: Istimewa
Prof Dr Keri Lestari S.Si M.Si Apt dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Farmakologi dan Farmasi Klinik di Graha Sanusi Hardjadinata, Kampus Unpad, Jalan Dipatiukur 35, Kota Bandung, Jumat (6/12).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Universitas Padjadjaran memiliki guru besar baru, yakni Prof Dr Keri Lestari S.Si M.Si Apt. Keri Lestari dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Farmakologi dan Farmasi Klinik di Graha Sanusi Hardjadinata, Kampus Unpad, Jalan Dipatiukur 35, Kota Bandung, Jumat (6/12).

Acara  pengukuhan dihadiri juga sejumlah pejabat pemerintah, kepolisian, perbankan, dan para mantan rektor Unpad. Di Unpad, Keri Lestari menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Riset, Pengabdian Pada Masyarakat, Kerja Sama, dan Korporasi Akademik.

photo
Pengukuhan Prof Dr Keri Lestari S.Si M.Si Apt sebagai Guru Besar Unpad, Jumat (6/12).

Dalam orasi ilmiahnya, Keri menekankan pentingnya inovasi farmasi klinik dalam meningkatkan kualitas terapi obat. Hingga saat ini, kata dia, pemenuhan tenaga apoteker di semua fasilitas kesehatan, terutama puskesmas, masih menjadi tantangan tersendiri bagi peningkatan kualitas pelayananan kesehatan.

‘’Inovasi farmasi klinik menginisiasi lahirnya model interaksi baru tim kesehatan yang lebih inovatif dan masif, yaitu penguatan kapasitas apoteker sebagai bagian penting tim pelayanan kesehatan,’’ ujarnya. Menurut dia, dunia kesehatan di Tanah Air tidak luput dihadapkan pada persoalan dan tantangan era revolusi industri 4.0 dan 5.0.

Selain pemanfaatan IoT, sambung dia, interaksi baru dalam bentuk kolaborasi antarprofesi tenaga kesehatan (interprofessional collaboration) menjadi inovasi untuk pelayanan kesehatan yang lebih baik. Dalam menghadapi tantangan tersebut, tegas dia, diperlukan adanya penguatan profesi apoteker, sehingga eksistensinya tidak lagi diragukan.

Kata Keri, keilmuan bidang farmakologi dan farmasi klinik mendasari kompetensi apoteker dalam pelayanan kesehatan, dan penemuan obat baru. Melalui kajian farmakologi, tutur dia, apoteker mengetahui suatu bahan kimia atau obat berinteraksi dengan sistem biologis, khususnya mempelajari aksi obat di dalam tubuh.

Sementara kajian farmasi klinis, lanjut dia, mendasari interaksi apoteker dan pasien untuk mengoptimalkan terapi obat, meningkatkan standar kesehatan dan kualitas hidup, kebugaran (wellnes), dan pencegahan penyakit, sesuai filosofi asuhan kefarmasian atau pharmaceutical care.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement