Jumat 06 Dec 2019 20:24 WIB

Hijaukan Kembali Bumiku

Tugas menghijaukan kembali bumi tak boleh hanya diemban Pemerintah

Deforestasi Hutan di Papua. Tugas menghijaukan kembali bumi tak boleh hanya diemban Pemerintah
Foto: ANTARA FOTO
Deforestasi Hutan di Papua. Tugas menghijaukan kembali bumi tak boleh hanya diemban Pemerintah

Aktivitas bumi semakin hari semakin mengkhawatirkan, berbagai reaksi negatif akan ketidakseimbangan kondisi alam makin sering kita dapatkan, dari mulai gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, dan kebakaran hutan. Bukan saja korban jiwa, tetapi kerugian itu tidak lagi terhitung jumlahnya, baik kerugian materiil maupun imateriil. Dimana letak kesalahannya?

Kesalahan tersebut diakibatkan oleh tangan-tangan manusia yang tidak bertanggung jawab, dari kebiasaan membuang sampah sembarangan, membakar hutan sebagai metode lama pembukaan lahan baru, pembangunan gedung-gedung tanpa mengindahkan kestabilan tanah, dan masih banyak lagi kelalaian lainnya. Namun, merunut pada pepatah “tak ada kata terlambat”, begitupun dengan menyelamatkan bumi kita.

Berbagai kegiatan sebagai upaya penyelamatan atas kerusakan yang terjadi bisa dilakukan, dari mulai tindakan terkecil dengan tidak membuang sampah sembarangan, dengan membersihkan sampah di sungai, serta penanaman kembali pohon di lahan gundul. Gerakan ini tidak bisa dilakukan sendiri, kita bisa menggunakan strategi cerdas dengan membentuk komunitas atau bekerja sama dengan pelajar, mahasiswa, LSM atau mengajak masyarakat dengan memberi mereka sosialisasi dan mengedukasi tentang bahaya pengrusakan lingkungan.

Seperti kita tahu, siklus cuaca saat ini tidak lagi bisa diprediksi seperti dulu. Jika dulu kita bisa menghitung masa menanam lahan di musim penghujan antara bulan September hingga akhir Februari, namun saat ini cuaca tak lagi bisa diperkirakan, kemarau berkepanjangan hingga mengakibatkan krisis air bersih. Ke mana perginya suara gemericik air yang mengalir dari sungai, ke mana hilangnya sawah-sawah dengan kuning padi terhampar, ke mana musnahnya gegap gempita hijaunya hutan...???

Secara keseluruhan luasnya hutan menyusut, menurut data KLH pada 2015 diketahui hutan Indonesia masih sekitar 128 juta hektar, namun pemerintah mengklaim telah terjadi penurunan yang diakibatkan kebakaran hutan dan pembalakan liar (deforestasi). Merujuk perhitungan Ditjen Planologi KLHK, angka deforestasi Indonesia periode 2014-2015 mencapai 1,09 juta hektar dan 2015-2016 menjadi 0,63 juta hektar (h/t Mongabay,29/1). Dan, yang lebih miris deforestasi yang paling besar menimpa hutan produksi hingga 63 persen (h/t JPNN).

Hutan produksi adalah hutan yang memang dimanfaatkan untuk memproduksi hasil hutan, baik kayu maupun non kayu. Sudah saatnya masyarakat dan pemerintah bekerjasama untuk menyelamatkan, salah satu upaya pemerintah saat ini tengah mengkaji sebuah program yang diharapkan akan memberi nilai ekonomi kepada masyarakat. Dengan program Koperasi Tani Hutan secara berkelompok agar ada akses terhadap permodalan.

Problematika global penurunan luas hutan di Indonesia bukan saja menjadi tanggung jawab pemerintah melainkan kita semua, dengan bekerjasama menjaga dan merawat lingkungan. Itu sebabnya kita bisa memulai dari diri sendiri, mari membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya dan tidak membuang ke sungai atau laut, jangan membakar lahan untuk pembukaan lahan baru, dan menanam pohon kembali. Mari hijaukan kembali bumi ini. Buktikan!

Pengirim: Vera Verawati, Koki di Waroeng Ilmu Cafe, Kuningan, Jawa Barat

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement