Rabu 04 Dec 2019 19:12 WIB

Pemusnahan Beras di Tengah Kemiskinan

Kelalaian distribusi berujung pemusnahan beras ini berdampak besar ke rakyat miskin

Pekerja memanggul karung beras Bulog untuk dipindahkan kedalam mobil box di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Jumat (18/10/2019).
Foto: Antara/Nova Wahyudi
Pekerja memanggul karung beras Bulog untuk dipindahkan kedalam mobil box di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Jumat (18/10/2019).

Rencana Bulog untuk memusnahkan 20 ribu ton beras senilai 160 miliar merupakan realita pahit yang harus ditelan 22 juta rakyat miskin. Terlalu lama disimpan alasan langkah pemusnahan yang akan ditempuh oleh Bulog.

Sungguh ironis, saat jutaan rakyat masih hidup dalam kubangan rasa lapar yang melilit ternyata ada ribuan ton beras tersimpan tak tersalurkan. Buruknya sistem distribusi ini tak lepas dari ketidakseriusan para lembaga pemerintah dalam melaksanakan tugasnya untuk mengurusi kebutuhan rakyat.

Baca Juga

Distribusi adalah hal yang amat krusial dalam mewujudkan ketahanan pangan. Maka seharusnya pemerintah memperhatikan proses ini agar dapat memastikan pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat terlaksana.

Ibarat "tikus mati di lumbung padi". Peribahasa ini menggambarkan kondisi rakyat yang berusaha sekuat tenaga yg menahan lapar, namun ternyata ribuan ton timbunan beras yang dibiarkan, lalu dengan mudah ingin dimusnahkan karena alasan terlalu lama tersimpan.

Kelalaian dalam hal distribusi ini menimbulkan dampak yang besar terhadap kondisi rakyat. Seharusnya rakyat bisa lebih mudah mendapatkan bahan pangan jika distribusi dilakukan dengan benar.

Dalam Islam infrastruktur yang dibangun oleh negara digunakan untuk memperlancar proses distribusi barang. Karena begitu pentingnya proses distribusi ini, hingga seorang Umar bin Khattab memanggul sendiri gandum untuk rakyatnya yang tengah kelaparan.

Karena inilah tugas seorang pemimpin untuk mengurus kepentingan rakyat, dan akan diminta pertanggungjawaban atas segala yang terjadi atas rakyatnya.

Wallahu alam bisshowab.

Pengirim: Silvia Anggraeni,S.Pd, Lampung

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement