Senin 02 Dec 2019 09:38 WIB

Dosen UNS Kenalkan Teknik Pengendalian Hama Tikus

Pengendalian hama diaplikasikan tim PPLH UNS di Klaten.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Dwi Murdaningsih
Upaya petani menekan hama tikus.
Foto: Kementan
Upaya petani menekan hama tikus.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO - Tim Pengabdian masyarakat dari Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo melakukan  penerapan teknologi ke masyarakat dalam rangka mengendalikan hama tikus yang efektif dan  ramah lingkungan. Pengendalian hama ini berdampak jangka panjang dan diaplikasikan kepada warga Desa Jaten Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Kegiatan tersebut berupa pemasangan Trap Barrier System (TBS) dan pemanfaatan burung hantu, dengan dibuatkan Rubuha (Rumah Burung Hantu) sebagai sarangnya. Tim PPLH UNS tersebut terdiri dari tiga dosen UNS yakni, Supriyadi sebagai ketua, serta Setya Nugraha dan Yanuartono sebagai anggota.

Baca Juga

Supriyadi menjelaskan, Trap Barrier System (TBS) merupakan teknik pengendalian tikus dengan prinsip memasang perangkap di lahan padi. Komponen TBS terdiri atas tiga unsur.

Pertama, dinding sebagai pagar dengan bahan fiber, agar tahan lama dan dapat dipasang berulang-ulang. Kedua, bubu perangkap dari ram kawat. Serta ketiga, tanaman pemikat (lure crop) yakni tanaman padi yang telah membentuk malai isi.

"Pemasangan TBS akan efektif apabila padi di lahan sekitarnya belum mencapai masa bunting/bermalai atau pada masa bera," kata Supriyadi seperti tertulis dalam siaran pers, Ahad (1/12).

Tanaman padi untuk TBS harus ditanam terpisah atau menggunakan tanaman padi yang panen terakhir, apabila masa tanam tidak serentak. Tikus akan masuk ke TBS karena mencari padi yang mengandung pati/karbohidrat sebagai kebutuhan pakan pokok untuk berkembang biak. Bubu berangkap di pasang sore hari dan diperiksa pagi hari. Tikus yang terperangkap dalam bubu dibunuh dengan cara ditenggelamkan.

"TBS modifikasi ini cukup efektif, yakni mampu menangkap antara satu sampai 18 ekor setiap malam pemasangan. Jumlah lubang/sarang aktif tikus di sekitar lokasi pemasangan TBS juga turun signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa TBS efektif menurunkan populasi tikus di lapangan," ucp dia.

Spesifikasi teknologi TBS yang diterapkan meliputi, luas tanaman padi untuk lure crop seluas 120 meter persegi dengan panjang 12 meter dan lebar 10 meter. Tanaman dipagari dengan plastik fiber setinggi 80 sentimeter dengan rapat. Bagian bawah fiber ditambal dengan tanah basah. Kemudian penyangga fiber ditempatkan di dalam pagar.

Pemasangan TBS dapat diintegrasikan dengan pemanfaatan burung hantu, Tyto alba untuk mendapatkan hasil lebih efektif, ramah lingkungan, dan efek jangka panjang. "Pemanfaatan burung akan lebih efektif apabila disertai dengan pembuatan Rubuha sebagai sarangnya. Burung hantu dapat mengendalikan populasi tikus, karena makanan utamanya adalah tikus," ungkap Setya Nugraha.

Menurut Supriyadi, pemasangan TBS efektif apabila dipasang dengan benar, baik cara pemasangan, waktu pemasangan dan tanaman padi dalam TBS, yakni padi fase generatif dan tanaman padi sekitarnya baru pindah tanam (fase vegetatif awal) atau bera. Pemasangan Rubuha (rumah burung hantu) di wilayah serangan tikus bersinergi baik dengan TBS untuk mengendalikan populasi tikus dalam jangka panjang.

"Dan Pola tanam dengan selingan bukan padi dan waktu tanam padi serempak perlu dikembangkan dan dijalankan petani untuk mengurangi perkembangbiakan tikus dan populasinya," kata Supriyadi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement