Senin 18 Nov 2019 08:21 WIB

FKUI Kembangkan Teknologi Augmented Reality Edukasi Gizi

Augmented reality ini dapat diakses melalui aplikasi Piringku Masa Depanku (Primaku).

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Ratna Puspita
Makanan menarik, sehat dan bergizi untuk anak (ilustrasi).
Foto: Republika/Prayogi
Makanan menarik, sehat dan bergizi untuk anak (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pola makan sehat yang seimbang dan beragam merupakan salah satu kunci penting dalam menjaga kesehatan. Pemahaman akan pola makan sehat ini perlu ditanamkan sedini mungkin pada anak agar terbawa menjadi kebiasaan ketika mereka beranjak dewasa.

Menanamkan pemahaman tentang pola makan sehat pada anak tentu memerlukan metode yang menarik dan disukai oleh anak-anak. Untuk itu, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) mengembangkan teknologi augmented reality untuk digunakan sebagai permainan interaktif dalam edukasi gizi anak.

Baca Juga

Teknologi augmented reality ini dikembangkan oleh tim pengabdian masyarakat dari Departemen Ilmu Gizi, Human Nutrition Research Center (HNRC) dan Medical Technology IMERI FKUI. Tim terdiri dari dr Rina Agustina MSc PhD, dr Erfi Prafiantini MKes dan Prasandhya Astagiri Yusuf SSi MT PhD.

Teknologi augmented reality ini dapat diakses melalui aplikasi bernama Piringku Masa Depanku (Primaku). "Kami memilih AR karena kami tahu anak-anak sekarang sudah terpapar gagdet atau gawai. Kami mau mendekati mereka supaya mereka tertarik terhadap suatu teknologi yang baru ini," kata Ketua Departemen Fisika Kedokteran FKUI sekaligus Ketua Cluster Medical Technology IMERI Prasandhya Astagiri Yusuf SSi MT PhD kepada Republika.co.id, di Jakarta.

Teknologi augmented reality dan aplikasi ini dapat terhubung dengan sebuah papan permainan magnetik. Melalui papan permainan magnetik ini, orang tua maupun guru dapat mengajak anak-anak untuk mengelompokkan makanan hingga mengenal keragaman makanan di dalam piring makan.

Nantinya, teknologi augmented reality dalam aplikasi Primaku dapat memunculkan timbal balik dan informasi seputar makanan-makanan yang ada di papan permainan magnetik. Dengan demikian, permainan akan tampak lebih menarik sekaligus informatif baik bagi anak-anak maupun orang dewasa yang mendampingi.

"Anak-anak bisa melihat ada tulisan yang keluar di gambar makanannya (melalui ponsel pintar)," lanjut Prasandhya.

Permainan ini juga tidak hanya menonjolkan fitur menarik dan canggih dari teknologi augmented reality. Papan permainan magnetik yang menjadi fokus utama permainan juga dapat mendorong kegiatan motorik pada anak.

"Ini (dirancang) untuk usia PAUD, dua sampai enam tahun," terang Prasandhya.

Ketua Program Studi Doktor Ilmu Gizi dr Rina Agustina MSc PhD mengatakan permainan ini bertujuan untuk memberikan edukasi seputar gizi seimbang kepada anak sedini mungkin. Di dalam permainan ini tak hanya mencakup edukasi seputar aneka ragam makanan tetapi juga mengenai aktivitas fisik hingga upaya menjaga kebersihan.

"Ini prinsip yang gampang sebenarnya, tapi susah diterapkan," ujar Rina.

Berkaca pada kondisi saat ini, Rina mengatakan anak-anak cenderung kruang mengonsumsi sayur dan buah. Padahal, sayur dan buah memegang peranan penting dalam menjaga keseimbangan dan keragaman asupan gizi.

Riskesdas 2018 juga mengungkapkan bahwa 95,5 persen masyarakat Indonesia kurang mengonsumsi sayur dan buah. Salah satu upaya untuk memperbaiki kodnisi ini adalah dengan menanamkan pemahaman yang baik akan pola makan sehat sedini mungkin.

Karena itu, Rina dan tim merancang permainan interaktif berteknologi augmented reality ini untuk anak-anak usia dini. "Intervensi yang lebih baik itu adalah yang lebih awal, lebih dini," jelas Rina.

Saat ini, papan permainan magnetik dan aplikasi Primaku baru bisa diakses oleh empat sekolah di Kecamatan Koja. Keempat sekolah itu adalah TK Negeri 02, PAUD Gutara Indah, PAUD Cemara dan TK Strada. Rina berharap di masa mendatang permainan ini juga dapat diakses oleh masyarakat yang lebih luas lagi.

"Sebagai akademisi dan peneliti, kami memang mempunyai kewajiban untuk mengaplikasikan pendidikan dan penelitian yang kami kembangkan. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi," jelas Rina. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement