Jumat 15 Nov 2019 15:37 WIB

Celengan Rindu untuk Nabi Muhammad

Rindu kepada sang kekasih Allah, pilihan dan teladan yaitu Nabi Muhammad

Nabi Muhammad Rasulullah
Foto: Mgrol120
Nabi Muhammad Rasulullah

Syahdan, ada sebuah negeri yang dipimpin oleh pemimpin yang sangat mencintai rakyatnya. Rakyatnya pun sangat mencintainya. Di dalam benaknya dipenuhi dengan pemenuhan kebutuhan rakyatnya.

Cinta ia tampakkan dari kasih sayang dan lemah lembut pada rakyatnya. Walau rakyatnya berlaku tidak sopan di hadapannya. 

Kala itu, ia sedang berkumpul dengan para sahabatnya di masjid. Lalu datang seseorang yang tiba-tiba buang air kecil di dalam masjid.

Betapa marah para sahabat. Namun sang pemimpin justru menasehati orang tersebut dengan lemah lembut karena tahu bahwa orang tersebut tidak paham bahwa yang dilakukannya salah. Kurang ilmunya. 

Sang pemimpin pun sangat membela rakyatnya kala didzalimi oleh yang lain. Tak segan untuk bertindak tegas walau yang didzalimi hanya seorang wanita. Tercatat, satu kampung diusir olehnya karena melecehkan seorang wanita di pasar. 

Pemimpin yang sangat memperhatikan keadilan, bahkan terhadap anak kecil. Diceritakan, saat beliau duduk bersama sahabat-sahabatnya, ada anak laki-laki yang menghampiri ayahnya, yang juga ikut duduk bersama. Anak laki-laki itu dielus, dicium dan didudukkan oleh sang ayah. 

Kemudian, datang anak perempuannya, dielus dan didudukkannya anak perempuan itu. Sang pemimpin pun berkata, "Engkau tak adil pada mereka". Masya Allah, hanya perbedaan ciuman pun diperhatikan olehnya. 

Ya, benar, dialah sang kekasih Allah. Rasulullah saw. Shalawat dan salam senantiasa terlantun padanya. Manusia pilihan. Manusia teladan sepanjang zaman. Yang kian dirindu oleh umat akhir zaman yang kian jauh dari risalah yang Rasul bawa, islam. 

Rindu yang kian membuncah di tengah kian rusaknya dunia. Rusak secara penampakan dan rusak secara mental. Tersayat hati kala membaca berita banyak ibu yang tega menghabisi darah dagingnya sendiri. 

Banyak juga yang saling bunuh dalam keluarga. Belum lagi bicara tentang zina dan riba yang kian merajalela. Padahal Rasul katakan, jika zina dan riba sudah merajalela, maka artinya sudah menghalalkan azab Allah atas mereka. Na'udzubillah. 

Rindu dan cinta nabi, bukan hanya dalam hati. Tak cukup dilisankan saja. Ia butuh pembuktian. Adakah ia dalam benak kita? Adakah ia dalam setiap amal kita? Adakah kita meneladaninya dengan segenap hati? Walau kini kian terasa onak duri dalam mengikuti sunnahnya. 

Bangkitkan cinta kita pada Rasul. Isi terus celengan rindu kita padanya. Semangati diri dengan sabdanya, "Engkau akan bersama yang kau cintai".

Wallahu'alam bish shawab. 

Pengirim: Fatimah Az Zahra, SPd

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement