Kamis 14 Nov 2019 06:59 WIB

UAD Kembangkan Pelayanan Pembelajaran Astronomi Inklusif

Semua orang memiliki hak belajar, tanpa dibatasi kondisi dan keberadaan wilayah.

Rep: my28/ Red: Fernan Rahadi
Universitas Ahmad Dahlan (UAD).
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Universitas Ahmad Dahlan (UAD).

REPUBLIKA.CO.ID, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) berkomitmen mengembangkan kampus yang ramah terhadap lingkungan. Tidak hanya pada aspek kesetaraan gender, melainkan juga untuk penyandang disabilitas. 

"Kami berusaha merintis menjadi keluarga besar UAD dalam upaya memberikan pelayanan kepada mereka yang perlu menggunakan kursi roda," ungkap Rektor UAD, Muchlas, saat menyampaikan sambutan dalam kegiatan Generale Lecture dengan tema 'Inovasi Teknologi dalam Pengembangan Astronomi Inklusi' di Aphitarium Kampus UAD di Yogyakarta, Senin (11/11).

Kehadiran sebanyak 250 peserta yang terdiri atas para mahasiswa, komunitas astronomi, dinas pariwisata se-Kota Yogyakarta, Pusat Tarjih PP Muhammadiyah, SLB Negeri 2 Bantul yang turut serta mengikuti general lecture, diharapkan mampu meningkatkan kesadaran pengetahuan astronomi bagi semua golongan, termasuk mereka yang dikategorikan sebagai penyandang disabilitas. 

Selaras dengan hal tersebut, Direktur Pusat Studi Astronomi UAD, Yudhiakto mengungkapkan bahwa semua orang memiliki hak untuk dapat belajar, tanpa harus dibatasi atas kondisi maupun keberadaan wilayah. 

Oleh karena itu, Perlunya keterbukaan akses bagi publik dan civitas akademika di lingkungan UAD guna memperoleh pengetahuan khususnya di bidang astronomi. Secara historis pandangan di khalayak umum cenderung berpikiran bahwa astronmi hanya diperuntukkan bagi orang dengan kondisi normal secara fisik. Padahal, dengan kemajuan teknologi yang semakin berkembang telah menempatkan keilmuan astronomi untuk dapat dipelajari oleh semua pihak tanpa terkecuali.

“Sebab astronomi itu keilmuan untuk semua dan ilmu pengetahuan untuk semuanya pula,” ungkap Yudhi.  

Di sisi lain, astronomi hendaknya mengambil peran dalam dunia pendidikan, melalui kerja sama terhadap setiap sektor dalam melakukan inovasi dalam pengembangan teknologi antariksa.  Olehnya UAD melakukan langkah strategis dengan membangun komunikasi, kolaborasi dan koordinasi terhadap Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) selaku badan pemerintah dalam pengambilan kebijakan dan UAD sebagai pelaksana dari kebijakan itu sendiri.

Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Prof Dr Thomas Djamaluddin menuturkan Astronomi inklusi menjadi penting, sebab pada mulanya setiap orang berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pembelajaran termasuk bidang astronomi.

Ia berharap Astronomi menjadi cabang ilmu yang dapat mepersatukan setiap kalangan. "Melalui kecintaan terhadap sains dan mengeksplorasi alam raya," ungkapnya.

Baginya, keterbatasan fisik tidak menjadi penghalang dalam menikmati dan mempelajari astronomi. 

Dalam kegiatan tersebut, Jamal mengajak para peserta untuk memahami memahami perkembangan teknologi antariksa khususnya di Indonesia, sebagai upaya pemacu pengembangan teknologi antariksa.

Jamal juga menerangkan kepada para mahasiswa dan peserta yang berhadidr bisa secara bersama mengembangkan riset dengan menggunakan fasilitas yang ada di LAPAN tanpa terkecuali. 

Pada praktiknya, Jamal menjelaskan bahwa LAPAN memiliki 4 kompetensi utama meliputi sains antariksa dan atmosfer, teknologi penerbangan antariksa, penginderaan jauh, serta kajian kebijakan penerbangan antariksa. Terlebih, saat ini LAPAN tersebar di beberapa wilayah antara lain Agam, Pontianak, Bogor, Garut, Jakarta, Bandung, Sumedang, Pasuruan, Pare-pare, Kupang, dan Biak. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement