Senin 28 Oct 2019 12:16 WIB

Artis Hijrah, Kembali kepada Fitrah

Fenomena artis hijrah sepatutnya tidak dimaknai negatif khususnya untuk mencari fitra

Artis yang tergabung dari Hijab Squad memperkenalkan diri dalam acara Hijrah fest 2018 di JCC, Jakarta, Jumat (9/11).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Artis yang tergabung dari Hijab Squad memperkenalkan diri dalam acara Hijrah fest 2018 di JCC, Jakarta, Jumat (9/11).

Di dalam industri hiburan, hedonisme menjadi life style yang dikampanyekan publik figure sebagai dampak sistemik baik disadari pelakunya maupun tidak. Para artis, aktor, musisi dan sebagainya dituntut untuk tampil sempurna sebagai konsekuensi popularitas di hadapan fanatisme penggemar. 

Sebab, pelaku hiburan bertanggung jawab untuk selalu bisa menjadi penghibur kapan pun dan di manapun ia dibutuhkan, seperti saat berada di siaran on air, off air, pers conference, maupun media sosial. Maka kualitas daya tariknya di depan kamera akan menentukan keberlangsungan karirnya.

Pada umumnya dorongan gaya hidup yang melekat pada mereka beragam. Ada yang memang menjadikannya sebagai profesi namun ada pula yang sekedar hobi. 

Namun satu yang tidak berbeda adalah keduanya sama-sama memperoleh nilai eksistensi. Eksistensi di dalam industri hiburan adalah pencapaian yang menjadi pemutar modal untuk terus bergerak. 

Tanpa eksistensi, karir seseorang dalam ranah ini bisa meredup dan menghilang. Maka eksistensi adalah sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi dengan memperhatikan segala sesuatu yang melekat pada diri sang “idola” baik materi maupun non-materil. 

Pakaian, karakter, karya, pergaulan, bahkan sensasi adalah hal-hal paling sering dibicarakan oleh program infotainment. Besaran pentingnya informasi ini terbukti dengan acara-acara infotainment yang dijual media dalam rangka mengangkat masalah kehidupan si public figure.

Namun demikian, segala kemewahan dan terpenuhinya kebutuhan hidup, serta bersinarnya popularitas nyatanya bukanlah kebahagiaan hakiki. Tidak jarang ditemui banyak dari mereka yang tidak tahan dengan tekanan psikis sehingga memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri. 

Sementara yang terjadi adalah apa yang selalu dicari mati-matian selama hidupnya ternyata tidak mampu menyelamatkannya dari tekanan hidup sehingga hatinya menjadi tenteram dan tenang. Malah sebaliknya, di tengah gemerlapnya pesona dunia, hati dan jiwa para pengabdinya semakin tidak tenteram dan jauh dari kenyamanan. Perasaan demikian muncul dari kekosongan iman di dalam diri sehingga tidak mampu “membeli” jati diri sesuai fitrah manusia.

Fenomena artis hijrah

Seiring menjamurnya opini syari’ah di tengah-tengah masyarakat, bertambah pula keinginan umat untuk mendalami agamanya. Meski diterpa dengan opini tandingan semisal radikalisme yang cukup berpengaruh dalam memunculkan jiwa apatisme umat, namun tidak sedikit pula yang berusaha mengarus deraskan opini tanggapan dalam bentuk pembelaan terhadap ajaran Islam kaffah. Umat meluruskan makna radikal, yang sebenarnya adalah bebas nilai tergantung ke dalam konotasi apa ia dipakai. 

Maka berbondong-bondong pulalah kaum muslimin yang merasa haus ilmu agama untuk menimba dan memperdalam sumur ilmunya dari orang-orang yang berilmu. Dakwah Islam yang kian termudahkan dengan peran informasi digital yang begitu cepat, menyentuh kehidupan para artis dan publik figur. 

Permulaannya  hanya segelintir orang, kemudian semakin banyak dan meluas. Rata-rata dari mereka adalah para pemuda yang tersadarkan dari dunia yang fana menuju akhirat yang kekal. Majelis-majelis ilmu yang biasa diisi oleh para sepuh kini terisi dengan anak-anak muda yang penuh potensi. 

Memang sudah seharusnya, ajaran Islam diambil secara komplit tanpa celah-celah sekular. Islam mengajarkan bahwa kehidupan dunia hanya sementara sedangkan akhirat adalah kehidupan yang sebenarnya. Agar bisa sampai ke konsep tersebut maka dibutuhkan iman dan amal shalih manusia terhadap penciptanya, Allah swt. 

Konsep seperti inilah yang kian menguat hari ini setelah sempat terdominasi oleh pikiran sekulerisme. Maka dapat dikatakan bahwa siapapun yang hijrah termasuk para artis dan yang semisalnya adalah orang-orang yang kembali kepada fitrahnya.

Islam, Ideologi yang Selaras dengan Fitrah Manusia

Memilih Islam sebagai ideologi merupakan sebuah petunjuk dari Allah SWT. sebab Islam adalah agama yang selaras dengan fitrah manusia. Ketika manusia serakah dengan kekayaan duniawi, maka Islam mengingatkan bahwa dunia akan ditinggalkan sedang kekayaan tidak dibawa mati. 

Ketika manusia sangat senang pujian dan popularitas, maka Islam mengingatkan bahwa tiada yang tampak di sisi Allah kecuali ketaqwaan saja. Sistem Islam dengan penerapan syari’ahnya akan menciptakan suasana kesadaran dari seorang hamba kepada Rabbnya. Suasana Islam muncul dari pemberlakuan hukum-hukum Islam yang adil dan manusiawi. 

Secara fitrah, manusia akan tunduk kepada sesuatu yang ia agungkan. Pengagungan atas Dzat Maha Kuasa melahirkan sikap taat terhadap aturan-aturan syari’at. 

Sehingga dunia tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang megah. Karena capaian tertinggi seorang hamba salama di dunia adalah mampu meraih keridhoan Robbnya lewat iman dan amal sholih yang ia miliki.  

Maka yang perlu dihadirkan saat ini adalah suasana ke-Islaman di tengah-tengah umat. Karena selama umat masih di cengkeram dengan hedonisasi kehidupan maka mengembalikan manusia ke dalam fitrahnya adalah pekerjaan yang sulit. Wallahu’alam bish showab.

Pengirim: Rahmah Khairani, S.Pd, Aktivis Pemuda dan Anggota The Great Muslimah Community, Medan

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement