Senin 11 Nov 2019 18:23 WIB

Sebenarnya, Apa Itu Radikal?

Sebenarnya makna radikal itu mengacu individu memperjuangkan perubahan menyeluruh

5.000 peserta pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat se-DKI Jakarta membacakan Ikrar Pemuda Indonesia Anti Narkoba dan Anti Radikalisme di Jakarta Islamic Center, Jakarta Utara, Rabu (13/12). Pernyataan ikrar tersebut dilakukan dalam rangka memperingati Maulid Nabi SAW 1439 H.
Foto: Dok : Humas Dinas Sosial DKI Jakarta
5.000 peserta pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat se-DKI Jakarta membacakan Ikrar Pemuda Indonesia Anti Narkoba dan Anti Radikalisme di Jakarta Islamic Center, Jakarta Utara, Rabu (13/12). Pernyataan ikrar tersebut dilakukan dalam rangka memperingati Maulid Nabi SAW 1439 H.

Benar kata orang bijak. “L’Histoire se Repete” Sejarah senantiasa berulang. Saat ini orang-orang yang berusaha menjalankan syari’at Islam secara keseluruhan dilabeli sebagai orang-orang yang radikal. 

Cobalah sesekali jalan-jalan ke pinggiran pasar di sepertiga malam, betapa banyak gelandangan tertidur pulas di emperan tanpa selimut dan bantal. Mereka tidak tahu harus menggantungkan hidupnya kepada siapa, tidak tahu harus memenuhi kebutuhan perutnya dengan apa. Tapi ya tetap saja lagi dan lagi, yang menjadi fokus utama pemerintah adalah memberantas gerakan radikal.

Baca Juga

Sebenarnya semenjak dahulu label radikal sengaja disematkan kepada orang-orang tertentu yang menghalangi kepentingan penguasa. Pahlawan kita, Pangeran Diponegoro diberi gelar radikal oleh Belanda sebab beliau dengan tegasnya melawan kebijakan kolonial Belanda, menolak keputusan Belanda yang membangun jalan yang menyigar makam leluhurnya. 

Para pejuang seperti Cut Nyak Dien, Teuku Umar, Laksamana Malahayati, Cik Di Tiro, Panglima Polim, Tuanku Imam Bonjol, Tuanku Nanrenceh, Sultan Hasanuddin, Ranggong Daeng Romo, Kiai Abdullah Sajjad, Sunan Cendana, Jenderal Sudirman oleh penjajah Belanda juga dijuluki sebagai kaum radikal. 

Kata radikal disematkan kepada mereka, sebab mereka tidak mau tunduk kepada penjajah, demi mempertahankan martabat dan kemerdekaan negeri ini. Bagi penjajah, mereka radikal, bagi rakyat mereka adalah pahlawan.

Lebih jauh lagi, siapa yang tidak mengenal Rasulullah Muhammad SAW? Satu-satunya manusia yang mampu memberikan syafa’at kepada kita di akhirat, Nabi terakhir yang mambawa risalah Islam bukan hanya diperuntukkan kepada kaum muslimin, melainkan diperuntukkan kepada seluruh manusia bahkan alam semesta. 

Bahkan pengarang buku “100 Orang yang Paling Berpengaruh di Dunia” Michael H Hart menempatkan Rasulullah Muhammad SAW peringkat satu dalam bukunya. Beliau membutuhkan waktu 28 tahun penelitian untuk menyelesaikan buku tersebut. 

Ketika beliau mempresentasikan karyanya di London, beliau di cemooh, di ejek dan di interupsi, menanyakan mengapa Nabi Muhammad harus diletakkan nomor satu?

Jika kita mau mengulas kembali sejarah perjuangan Rasulullah Muhammad SAW, setelah beliau menerima risalah Islam dan mendakwahkannya beliau mendapatkan stigma negatif tiada habisnya dari gerombolan kafir Quraisy, karena kebencian dalam dada kafir Quraisy menfitnah Rasulullah sebagai orang gila, dukun dan bahkan penyihir. Bukan hanya sebatas kata-kata tuduhan, Rasulullah bahkan dikejar-kejar, diboikot, dilempari batu, hingga mau dibunuh.

“Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?” (QS. Ash-Shaffat: 36)

“Kemudian mereka berpaling daripadanya dan berkata: Dia adalah seorang yang menerima ajaran (dari orang lain) lagi pula seorang gila” (QS. Ad-Dukhan: 14)

“Demikianlah setiap kali seorang Rasul yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, mereka (kaumnya) pasti mengatakan, “Dia itu pesihir atau orang gila.” (QS. Adz-Dzariyat: 52)

Maka mereka memanggil kawannya, lalu kawannya menangkap (unta itu) dan membunuhnya. (QS. Al-Qomar: 29)

Padahal sebelum Rasulullah menerima risalah Islam beliau digelari Al-Amin, orang-orang menyayangi beliau, senang berjual beli dengan beliau. Tapi semua berbanding terbalik 180 derajat setelah beliau mendakwahkan Islam.

Jadi, sebenarnya apa itu radikal?

Secara etimologi, radikal berasal dari kata latin, radix/radici, yang berarti “akar”. Dalam politik, istilah “radikal” mengacu pada individu, gerakan atau partai yang memperjuangkan perubahan sosial atau sistim politik secara mendasar atau keseluruhan. Radikal itu bukanlah sebuah istilah yang negatif. 

Bukan sebuah kata yang bermakna jelek dan hina sehingga dipakai untuk mengejek, menghina, dan mengata-ngatain orang. Sejatinya, radikal itu adalah istilah yang umum. Ketika ada keinginan perubahan dari dasar, itulah yang disebut perubahan yang radikal. Jadi, seharusnya yang menjadi persoalan adalah, ide apa yang menjadi dasar perubahan tersebut? Apakah ide-ide yang kufur? Ataukah ide-ide yang islami?

Apabila kasusnya seseorang, kelompok, dan masyarakat; ingin berubah (hijrah) menjadi lebih baik, alim, dan sholeh, justru itu adalah perihal yang bagus. Tidak perlu kita merasa takut, terpojokkan, was-was, dan sebagainya.

Justru yang perlu was-was adalah bila kita malah berubah menjadi komunis, atheis, sekuler, hedonis, sesat, dan sebagainya yang negatif yang notabene mengundang murka Allah; itulah yang berbahaya.

Seharusnya pemerintah bersyukur sudah banyak masyarakat yang tersadarkan dengan Islam, yang awalnya pacaran saat ini sudah tidak. Yang awalnya membuka aurat saat ini sudah ditutup. Coba kalau mereka masih stagnan Bukankah angka aborsi di Indonesia kian hari kian meningkat? 

Bukankah pergaulan bebas akan menjadi marak dan negeri ini akan rusak? Rasulullah bersabda “Jika zina dan riba sudah menyebar di suatu kampung, sungguh mereka telah menghalalkan azab Allah atas diri mereka sendiri” (HR. Hakim)

Maka sangatlah disayangkan, orang-orang atau organisasi yang akan menyelamatkan Indonesia menjadi lebih baik kian hari senantiasa dituding sebagai orang atau organisasi yang radikal.

Islam tegak akan memberikan pondasi bahwa sumber daya alam milik umum (api atau energi, air, hutan) dikelola oleh negara dan hasilnya dikembalikan kepada rakyat. Bukan dimiliki oleh perseorangan atau korporasi. Ingat! Sebesar apapun kekuatan untuk melemahkan kaum muslimin dan menghancurkan Islam, Islam akan tetap tegak. 

Sebab tegaknya Islam adalah janji Allah dan kabar gembira dari Rasulullah SAW. Alhasil, jangan pernah termakan dengan tudingan radikalisme. Sebab, bukankah ajaran Islam ini dari Allah dan Rasul-Nya? Berani menuduh ajaran-Nya dan ajaran Rasul-Nya radikal?

Pengirim: Putri Hanifah, C.NNLP (Mahasiswi Sastra Arab Universitas Negeri Malang, Fasilitator Rumah Tahfidz Balita dan Anak, Pengajar Muhadharah RBT Al Khansa)

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement