Senin 11 Nov 2019 14:52 WIB

Asa Pemuda Wujudkan Negeri yang Islami

Pemuda sebagai ujung tombak negeri harus asah ilmu dunia yang dibentengi ilmu Islami

Pemuda (ilustrasi)
Foto: ANTARA FOTO
Pemuda (ilustrasi)

Pemuda merupakan aset yang sangat berharga bagi suatu bangsa, mereka juga menjadi harapan untuk suatu negeri yang sangat tidak ternilai harganya. Tindakan dan peran pemuda sangatlah mempengaruhi bagi bangsanya di masa yang akan datang. 

Begitu juga dalam Islam, pemuda menempati bagian penting dalam menegakkan agama ini, yaitu untuk melanjutkan estafet dakwah Islamiyah serta menegakkan kalimat Allah yakni Tauhid agar tegaknya syariat Islam di bumi yang mereka pijak.

Jika melihat kembali kepada sejarah, maka kita akan banyak menemukan contoh aksi-aksi heroik, bagaimana kepiawaian mereka para pemuda dalam berjuang mempertahankan keyakinan mereka. Meski terdapat dua kubu yang akan terus bertentangan hingga hari akhir. 

Adalah Al-Haq dan Al-Bathil, yang mana sudah menjadi sunnatullah bahwa keduanya tidak akan pernah bisa menyatu, bagai air dan minyak yang ditempatkan dalam satu wadah, bahkan hal ini telah disepakati oleh kalangan ilmuwan sains, selamanya tidak akan menyatu.

Dalam sejarah Islam, tentu kita sudah mengetahui para sahabat yang berjuang bersama Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam di antaranya, Salman Al-Farisi yang cerdas, Khalid bin Walid seorang panglima yang sangat tangguh dan cerdas, serta Ali bin Abi Thalib yang memiliki semangat juang yang tinggi dan masih banyak lagi para sahabat Nabi yang sebagian dari mereka adalah para pemuda.

Kita juga memahami bahwasanya, mereka berjuang demi menegakkan kalimat Tauhid, memenggal kesyirikkan, menumpas ketidakadilan, dan menegakkan syariat Islam yang penuh dengan keseimbangan serta menempatkan keadilan berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah sepenuhnya tanpa memanipulasinya, inilah yang kita sebut Al-Haq.

Begitu juga yang dialami oleh generasi-generasi setelahnya, dengan subtansi yang sama, adalah Tauhid. Mereka juga berjuang sepenuh jiwa dan raga. Panglima yang masih sangat harum namanya di penjuru dunia, ia adalah Muhammad Al-Fatih pemimpin pembebasan Konstantinopel yang sebelumnya kokoh berdiri di atas kebathilan selama berabad-abad dalam kegelapan, ia hadir membawa cahaya Islam yang terang benderang, mengeluarkan manusia-manusia dari kesyirikkan dan menegakkan Tauhid di bumi Allah Subhanahu wa Ta’ala. 

Dan apa yang terjadi setelah peristiwa-peristiwa bersejarah tersebut? Jawaban yang mendekati adalah, Islam pernah berjaya dan berhasil menegakkan syariat yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah, menyebarkan Tauhid di bumi Allah, dan menyadarkan manusia kepada jalan yang diridhoi Allah Ta’ala tentu dengan jangka waktu yang tidak sebentar. 

Umat Islam mengenal ini dengan istilah yang telah turun di dalam Al-Qur’an, yakni Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafuur. Hal inilah yang kemudian menjadi impian besar dan cita-cita yang akan digapai kembali oleh generasi Islam sekarang dan yang akan datang.

Mengenal Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafuur

Negeri yang menjadi impian besar kaum muslimin saat ini akan kita kenali melalui beberapa ciri-cirinya yaitu, negeri yang selaras antara kebaikan alam dan kebaikan perilaku penduduknya, yang penduduknya sejahtera dan makmur, namun tidak lupa untuk bersyukur. Negeri yang seimbang antara kebaikan jasmani dan rohani dan tersebar di antara penduduknya, negeri yang aman dari musuh, baik dari dalam maupun dari luar. 

Negeri yang maju, baik dalam hal ilmu agama maupun ilmu dunianya. Negeri dengan penguasa yang adil dan salih, dan penduduk yang hormat dan patuh, serta negeri yang di dalamnya terjalin hubungan yang harmonis antara pemimpin dan masyarakatnya, yaitu dengan terwujudnya saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.

Asa Pemuda Islam Dalam Mewujudkan Negeri yang Islami

Dalam proses mewujudkan negeri yang telah lama diimpikan kaum muslimin ini, tentu tidak mudah! Kita harus bahu membahu, menemukan jejak-jejak perjuangan kaum muslimin terdahulu yang kian tertutup atau bahkan sengaja “ditutup” oleh debu-debu kebodohan dan kedengkian kaum kafir, oleh karenanya kita harus berkaca kepada mereka (generasi terbaik umat Islam), karena mereka adalah manusia-manusia yang setia dan patuh atas perintah Allah dan RasulNya, tidak pernah membangkang atau berkoalisi untuk menyelisihinya.

Pemuda sebagai ujung tombak suatu bangsa, harus terus diasah kemampuannya baik dari segi ilmu-ilmu agama Islam, maupun ilmu-ilmu duniawi lainnya yang menjurus kepada teknologi. Namun, dalam proses ini tentu harus dijaga dan dibentengi dengan bingkai yang telah Rasulullah tetapkan, sehingga perjuangan kita tidak sebagai mitos belaka. 

Dengan kata lain, pemuda saat ini harus kembali pada benteng yang kokoh tersebut, yakni ikhlas beribadah kepada Allah dengan cara ittiba’ kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam sesuai pemahaman para sahabat dan generasi-generasi terbaik setelahnya, serta mengambil pelajaran penting dari setiap peristiwa-peristiwa perjuangan bagaimana umat terdahulu membangun kekuatan, baik kekuatan ilmu, aqidah, kekuatan ekonomi, sosial, hukum, dan kenegaraan. 

Semua itu sudah ada contohnya, hanya sekarang kembali pertanyaan kepada kita, maukah kita mempelajari Al-Qur’an dan Sunnah? Serta diimplementasikan secara totalitas? Jawabannya ada pada hati sanubari kita masing-masing.

Tentu pada zaman ini, dengan kuantitas pemuda yang tersedia, jika kita semua berkomitmen keras dengan membangun benteng yang kokoh tadi di dalam jiwa para pemuda Islam saat ini, maka impian besar umat Islam selama ini bukanlah mitos, melainkan sesuatu yang sangat realistis. Maka akan lahir kembali anak-anak muda yang mencintai ilmu Islam dan cerdas seperti para pendahulu mereka, salafus shalih.

Dengan demikian, peran pemuda sangatlah penting dari zaman ke zaman. Tidak ada satupun peristiwa besar di dunia ini baik itu peperangan, ataupun perkembangan teknologi yang tidak melibatkan peran pemuda. 

Apalagi dalam membentuk peradaban Islam dan mewujudkan Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafuur, tentu peran pemuda sangatlah vital dalam proses ini. Dan janji Allah itu pasti, “Sekiranya penduduk negeri itu beriman dan bertakwa, pasti Kami akan limpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi…..”-

Waallahu ‘Alam bi Shawaab

Pengirim: Rizqi Fadillah 

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement