Rabu 06 Nov 2019 09:04 WIB

Saatnya Fokus pada Kesejahteraan Rakyat

Kesejahteraan rakyat sepatutnya menjadi hal paling utama bukan tata cara berpakaian

Kemiskinan (ilustrasi)
Foto: Act
Kemiskinan (ilustrasi)

Terpilihnya pemimpin baru beserta menteri-menterinya dalam pemilu lalu seharusnya menjadi awal kebahagiaan rakyat Indonesia. Pemimpin yang mengusung program-program kerja rakyat menjadi angin segar bangsa ini. 

Kabinet Indonesia Maju dengan janji-janji kesejahteraan rakyat mulai melaksanakan program kerjanya dengan sebaik mungkin. Karena mereka terpilih atas pilihan rakyat, tanpa melihat berbagai tragedi yang terjadi saat berlangsungnya pemilu lalu. 

Baca Juga

Namun masyarakat menyayangkan bahwa justru pemerintah memulai program kerjanya dengan mengurus masalah radikalisme yang juga belum jelas definisinya. Hebohnya para menteri yang mengurusi tata cara berpakaian, tata cara pergaulan, dan masalah yang terkait pada ranah-ranah internal satu agama saja.

Seneestinya para pemimpin dan pejabat negara mulai fokus pada urusan rakyat. Urusan ekonominya dalam menstabilkan harga bahan pokok, menekan kenaikan harga serendah mungkin. Urusan pendidikan dengan membedakan mana urgensi pendidikan ilmu pengetahuan penghasil cendekiawan dan mana output penghasil tenaga kerja yang diharapkan. 

Urusan beragama dengan membiarkan agama-agama yang ada di Indonesia sesuai UU yang berlaku menjalankan Ibadahnya sesuai dengan keyakinannya masing-nasing. Urusan lapangan pekerjaan yang semakin sempit dan terhapus dengan dibukanya keran besar-besaran TKA sebagai pesaing tenaga kerja lokal. Dan masih banyak lagi permasalahan rakyat yang perlu dibenahi pasca kerusuhan, bencana alam dan tragedi yang lalu. 

Sejatinya pemimpin dan para pejabat negara yang amanah aelalu memikirkan nasib rakyatnya. Tak akan tidur nyenyak nereka jika masih melihat rakyat yang menderita di depan matanya. Hanya pemimpin dan penguasa yang memiliki ketakwaan  dan mampu menjalankan amanah yang akan dicintai rakyat. Pemimpin yang berpegang teguh pada syariat dan takut berbuat zalim dengan azab-azab yang akan Allah timpakan kelak. 

Wallahu a'lam bishawab.

Pengirim: Desi, ibu empat anak asal Jakarta

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement