Sabtu 02 Nov 2019 11:14 WIB

Hakikat Pendidikan dalam Islam

Islam bisa menjadi alternatif solusi pendidikan yang bisa diterapkan di Indonesia

Pendidikan Islam sistem boarding school (ilustrasi).
Foto: Republika/Agung Supri
Pendidikan Islam sistem boarding school (ilustrasi).

Twitter mengabarkan Joko Widodo, presiden RI yang baru saja dilantik untuk periode 2019-2024 berharap Menteri Pendidikan barunya, yaitu Nadiem Makarim mampu mencetak SDM yang siap kerja. Tidak ada yang salah dengan pernyataan tersebut jika kita menggunakan sudut pandang yang memang biasa kita pakai dalam kehidupan sehari-hari kita, yaitu pandangan kapitalisme. 

Maka, tidak heran jika banyak orrang menyetujui dan mendukung pemikiran tersebut, mengingat efek globalisai yang semakin menyerbu negara kita baik daari sektor ekonomi maupun sektor yang lainnya. Persaingan tidak bisa lagi dihindari. Dan pesaing penduduk pribumi bukan hanya penduduk pribumi sendiri tapi juga warga asing yang notabene memiliki kemampuan di atas rata-rat kita, penduduk pribumi. 

Baca Juga

Namun, dari sudut pandang yang lain, yaitu ideologi Islam,  pernyataan Presiden Joko Widodo tersebut kurang pas. Sebab hakikatnya tujuan utama dari setiap amal perbuatan yang dilakukan oleh setiap muslim adalah untuk mendapatkan Ridha Allah SWT. Artinya jika sebuah perbuatan diharamkan, maka akan ditinggalkanlah perbuatan tersebut. Mendapatkan pekerjaan adalah niat yang baik, tapi blla caramya dengan melanggar syari’at, maka kebaikan niat tersebut akan gugur dengan sendirinya. 

Kenudian tujuan utama tersebut akan menurunkan tujuan ke dua. Menurut hemat saya, alasan kenapa Madinah daerah dimana negara Islam pertama kali berdiri mengalami kemajuan yang jauh lebih cepat daripada Eropa adalah salah satunya karena sektor pendidikanmya. Sejarah mencatat banyak penemuan dan ilmuwan Islam tercetak kala itu. 

Pada masa itu, tujuan pendidikan tentu saja tidak untuk menyiapkan lulusan siap kerja, akan tetapi untuk mencetak generasi Islami yang berpikir mendalam. Maka tidak heran lahirlah generasi cerdas dengan aqidah kuat. Pikiran mendalam akan menuntun seseorang untuk memanfaatkan apa yang mereka peroleh dari pendidikan mereka untuk meningkatkan kualitas hidup. Sehingga mereka mulai menciptakan penemuan-penemuan dan menulis.  

Peran negara juga  perlu dicatat dalam hal ini. Negara memfasilitasi setiap usaha penemuan, negara juga memberikan upah kepada guru-guru dan penulis buku dengan nilai yang yidak kecil. Silahkan bandingkan dengan kondisi yang terjadi di negara  kita saat ini. 

Ada detil penting dalam sistem pendidikan Islan yang perlu juga untuk dibahas dalam hal ini. Target pendidikan dasar adalah untuk penguatan aqidah saja. Tidak perlu buru-buru mengenalkan matematika atau ilmu yang lainnya.

Kesimpulannya, sistem pendidikan Indonesia jauh berbeda dengan sistem pendidikan dalam Islam. Selain sistem pendidikan itu sendiri, negara juga mengambil peran yang berbeda dalam hal ini.  Hasilnyapun, dengan begitu,  sangat jauh berbeda. Tadi diceritakan bagaimana sistem pendidikan Islam pada zaman kepemimpinan Rasulullah SAW dan masa kekhalifahan menghasilkan generasi cemerlang dengan berbagai penemuan yang bermanfaat. 

Dan sistem pendidikan saat ini menghasilkan generasi yang bagaimana? Saya kira semua orang bisa menjawab sendiri pertanyaan tersebut. Betapa terpukulnya kita ketika mendengar bertia beberapa murid tega membunuh gurunya hanya karena diperingatkan untuk tidak merokok di lingkungan sekolah. Betapa sedihnya kita ketika mendengar berita tentag murid yang berperilaku kurang ajar terhadap gurunya. 

Mau tidak mau, sistem pendidikan juga bertanggung jawab atas kejadian-kejadian ini. Maka, alangkah baiknya jika pemerintah berpikir dan mengkaji ulang sistem pendidikan negara ini, sehingga berhasil menghasilkan generasi cemerlang. Dan sistem pendidikan Islam bisa menjadi solusi alternatif yang menarik. 

Pengirim: Asri Hartanti, Ibu Rumah Tangga

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement