Rabu 30 Oct 2019 19:07 WIB

Maulid Nabi SAW, Maulid Persaudaraan dan Cinta

Hal penting dari Maulid adalah 'ibrah' tentang persaudaraan dan cinta umat manusia

Peringatan Maulid Nabi SAW, ilustrasi
Foto: Tahta/Republika
Peringatan Maulid Nabi SAW, ilustrasi

Bulan Rabiul Awwal menjadi salah satu bulan yang istimewa dalam kalender Hijriyah umat muslim. Bulan ini tidak termasuk dari empat bulan haram yang disebut dalam al-Quran, akan tetapi bulan ini tetap menjadi istimewa karena peristiwa penting yang terjadi didalamnya.

Bukan hal yang asing ketika mendengar bulan Rabiul Awwal maka yang terlintas di benak sebagian besar umat muslim adalah bulan kelahiran Sang tokoh agung Nabi Muhammad Saw. Bahkan umat muslim di Jawa, menyebut bulan ini dengan bulan Mulud atau Molod yang mengacu pada bahasa Arab Maulid atau Maulud yang berarti bulan kelahiran. Yakni bulan kelahiran Nabi Saw yang menjadi uswah mulia seluruh umat manusia hingga akhir zaman.

Acara-acara dan euforia umat muslim begitu semarak diselenggarakan di bulan ini. Mulai pengajian-pengajian yang bertemakan maulid Nabi Saw hingga pembacaan shalawat kepada Nabi Saw di berbagai daerah. Begitu semarak dan bahagianya umat muslim dalam menyambut bulan kelahiran Nabi Muhammad Saw. Semua itu atas rasa cinta, kerinduan, dan penghormatan yang agung kepada Nabi Saw. Tidak hanya umatnya, bahkan diceritakan pula ketika kelahiran Nabi Muhammad Saw semua alam semesta turut menyambut dan berbahagia dengan kelahiran manusia yang perjalanan hidupnya menjadi uswah khasanah seluruh manusia.

Satu hal penting dari bulan Maulid ini adalah ibrah tentang persaudaraan dan cinta universal umat manusia. Bulan Rabiul Awwal menjadi bulan maulid seorang Nabi yang mendakwahkan Islam dengan cinta dan penghargaan atas hak-hak kemanusiaan. 

Nabi Saw menjadi revolusioner atas adat istiadat dan kebudayaan arab jahiliyah yang diskriminatif dan kurang menghargai hak-hak kemanusiaan. Kita mengetahui betapa tidak humanisnya kebudayaan Arab pra Islam seperti, tidak adanya penghargaan kepada perempuan. 

Mereka dapat menikahi dan menceraikan perempuan yang mereka inginkan sesukanya, bahkan perempuan dianggap sebagai beban hidup dan mencoreng nama baik keluarga. Sehingga mereka tidak segan untuk mengubur hidup-hidup anak perempuan mereka karena malu.

Setelah Islam datang, kebudayaan Arab jahiliyah berubah drastis. Sistem kemasyarakatan dan adat istiadat yang selama bertahun-tahun menindas hak-hak perempuan berubah menjadi masyarakat madani yang menunjung hak-hak perempuan dan seluruh umat manusia tidak peduli orang Arab maupun Ajam. 

Islam melalui dakwah Nabi Saw mengangkat hak dan kehormatan perempuan, tidak hanya contoh teladan langsung dari Nabi Saw, bahkan berbagai ketentuan mengenai perempuan menjadi ketentuan yang diatur dalam syariat. Ketentuan dan hak-hak perempuan dalam faraid, kewajiban wali dalam pernikahan, kewajiban menutup aurat, dan sebagainya adalah bentuk penghormatan Islam kepada kaum perempuan.

 Tidak hanya itu tradisi dan sistem kasta sosial jahiliyah yang mulanya berdasarkan hukum rimba dirombak setelah kedatangan Nabi Saw menjadi masyarakat yang eksklusif dan anti-diskriminisme. Nabi Saw mengajarkan persatuan dan persaudaraan universal, tidak ada alasan dalam Islam untuk menindas dan berlaku tidak adil atas dasar apapun, termasuk atas dasar agama dan jenis kelamin. 

Piagam Madinah yang dibuat oleh Nabi Saw dan masyarakat Madinah yang heterogen menjadi bukti pengakuan hak-hak kemanusiaan pertama dalam sejarah. Nabi Saw yang mempelopori Piagam Madinah membuktikan bahwa agama Islam adalah agama yang mengayomi berbagai perbedaan dan pengakuan hak-hak hidup manusia. Islam tidak mengenal kehormatan atas dasar kasta sosial, harta, ataupun jenis kelamin. Semua manusia dihadapan Allah Swt adalah sama, hanya kadar ketaqwaanlah yang menjadi indikator seberapa mulia kedudukannya di hadapan Allah Swt.

Islam melalui Nabi Saw memberikan pengajaran tentang penghargaan hak-hak adami dan cinta persaudaraan kepada seluruh mahluk Allah Swt. Seluruh tindak-tanduknya menjadi uswah yang tidak pernah habis untuk diteladani. 

Keluhuran akhlaq Nabi Saw selama perjalanan hidupnya ibarat lautan madu yang tidak pernah susut diminum para pencintanya. Kelahiran Nabi Saw telah membawa angin segar bagi kehidupan manusia yang harmonis dan penuh kebaikan, tidak hanya bagi masyarakat Arab saat itu tetapi juga seluruh umat manusia hingga akhir zaman. 

Sehingga sudah sepantasnya umat muslim berbahagia dengan datangnya bulan maulid ini. Mengenang maulid Nabi Muhammad Saw adalah mengingat dan meneladani kembali uswah Nabi Saw tentang rasa persaudaraan dan cinta universal yang dicontohkan selama perjalanan hidupnya.

Pengirim: Mad Yahya, Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement