Senin 21 Oct 2019 18:38 WIB

Mengapa Harus Berbohong?

Jauhilah harus berbohong terutama ketika mendapat amanah kepemimpinan

Dilarang Berbohong (Ilustrasi).
Foto: Republika/Prayogi
Dilarang Berbohong (Ilustrasi).

Banyak alasan dilontarkan seseorang untuk berbohong. Hal ini karena kita hidup di akhir zaman, dimana kebohongan adalah hal yang lumrah. 

Benarlah yang disampaikan oleh Rasulullah saw bahwa “Akan tiba pada manusia tahun-tahun penuh kebohongan. Saat itu, orang bohong dianggap jujur. Orang jujur dianggap bohong. Pengkhianat dianggap amanah. Orang amanah dianggap pengkhianat. Ketika itu, orang “Ruwaibidhah” berbicara. Ada yang bertanya, “Siapa Ruwaibidhah itu?” Nabi menjawab, “Orang bodoh yang mengurusi urusan orang umum.” (HR. al-Hakim, al-Mustadrak ‘ala as-Shahihain, V/465).

Berbohong adalah perbuatan tercela kecuali pada beberapa hal yang diperbolehkan, yaitu  pada saat perang, mendamaikan dua orang, dan perkataan suami kepada istri, atau sebaliknya. Selain itu, bohong akan menghantarkan pada kejahatan dan akhir yang buruk yaitu neraka.

“Hendaklah kalian selalu berlaku jujur karena kejujuran membawa kepada kebaikan dan kebaikan mengantarkan seseorang ke surga dan apabila seseorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur maka akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan dan kejahatan mengantarkan seseorang ke neraka dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allah sebagai Pendusta alias pembohong.” (HR. Bukhari).

Pembiasaan jujur harus dilakukan sejak dini. Agar bohong tidak menjadi kebiasaan. Cecil G. Osborne dalam bukunya “The art of getting along with people” menjabarkan bahwa orang yang terbiasa berbohong tidak akan sadar bahwa ia berbohong.

Jika berbohong dan menipu sudah menjadi kebiasaan bahkan menjadi jalan untuk memperoleh kekayaan dan kekuasaan ini akan sangat berbahaya. Ancaman kerusakan di tengah masyarakat akan terjadi.

Maka hendaklah jauhi dusta atau kebohongan terutama ketika mendapat amanah kepemimpinan. Agar negeri ini mendapatkan keberkahan dan kebaikan. 

 Allah Ta’ala berfirman,

فَلَوْ صَدَقُوا اللَّهَ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ

“Tetapi jikalau mereka berlaku jujur pada Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka” (QS. Muhammad: 21) 

Pengirim: Titis Afri Rahayu

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement