Kamis 17 Oct 2019 16:33 WIB

Mental yang Sehat untuk Pembangunan Negeri

Ahli menyebut agama merupakan unsur terpenting pembinaan mental yang sehat

Kesehatan mental (ilustrasi)
Foto: ABC News
Kesehatan mental (ilustrasi)

Sungguh kesehatan mental tidak bisa dipisahkan dari kesehatan jasmani. Hal itulah yang masih menjadi perhatian Pemerintah di tanah air. Oleh sebab itu dukungan yang besar diberikan hingga ke pelosok daerah melalui  Dinas Kesehatan dengan menggerakkan tim dari Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan jiwa. 

Tidak terlalu ramai diberitakan bahwa Hari Kesehatan Jiwa Sedunia atau dinamakan World Mental Health Day diperingati setiap tanggal 10 Oktober. Tahun ini, WHO mengajak untuk turut berkontribusi terhadap masalah kesehatan mental atau kesehatan jiwa melalui tantangan bertajuk “40 Seconds of Action”.

Menurut catatan WHO, setiap 40 detik, seseorang kehilangan nyawa karena bunuh diri. WHO mengajak seluruh masyarakat di dunia untuk meningkatkan kesadaran tentang skala bunuh diri di seluruh dunia dan peran masing-masing orang untuk mencegahnya.

Dilansir dari Pikiran Rakyat, di Banyumas, terdapat 36 kasus pemasungan. Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPJKM) menyebutkan bahwa gangguan kejiwaan yang dialami warga, biasanya akan menemui akhir tragis.  Kalau tidak pemasungan, biasanya menjadi gelandangan atau bunuh diri. Bahkan untuk kasus bunuh diri di Banyumas kasusnya terjaadi  1-2 kasus per bulan.

Angka yang cukup besar, apalagi kemudian kasus bunuh diri mulai menyasar generasi muda. Tidak hanya orang tua yang mengalami depresi hingga terganggu jiwanya. Remaja pun bisa. Jika tidak segera dituntaskan secara sistemik, maka kita akan kehilangan calon penerus bangsa 

Terlebih lagi, puncak bonus demografi akan terjadi pada tahun 2040. Bonus demografi ialah kondisi ketika jumlah penduduk berusia produktif lebih banyak ketimbang jumlah penduduk usia anak-anak dan lanjut usia. Pada tahun 2040, jumlah penduduk usia produktif di Indonesia diprediksi mencapai sekitar 198 juta jiwa. Apa jadinya jika di usia tersebut mental mereka sakit.

Prof Dr Zakiah Daradjat (1929-2013), seorang Muslimah Psikolog dalam bukunya 'Peranan Agama dalam Kesehatan Mental' (1994) mengemukakan, “Berapa banyak orang yang menderita berbagai penyakit yang tidak disebabkan oleh kerusakan organ tubuh, tetapi disebabkan kehilangan ketentraman batin. Jika keadaan sosial, ekonomi dan politik goncang, maka agama semakin diperlukan, karena jiwa yang kosong dari keyakinan beragama akan sukar dapat menghadapi kegoncangan-kegoncangan tersebut. Agama merupakan unsur terpenting dalam pembinaan mental.”

Oleh sebab itu, kembali pada ranah penguasa. Yaitu memberi jaminan pemenuhan hak umat. Seluruh pengurusan negara dipersembahkan untuk kemaslahatan umat. Maka dengan begitu peluang terjadinya sakit jiwa bisa diperkecil. 

Negara yang kuat adalah negara dengan penduduk yang berdaya. Tidak hanya secara fisik, tapi juga mental yang sehat, kuat, yang dikaitkan dengan iman sehingga terbentuk pemikiran yang tangguh. Inilah sebaik-baik pengurusan umat.

Pengirim: Lulu Nugroho, Muslimah Penulis dari Cirebon

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement