Senin 14 Oct 2019 15:45 WIB

Yarsi Gelar Pelatihan Kader Posyandu di Pandeglang

Universitas Yarsi selain lakukan pelatihan juga menggelar penyuluhan di Posyandu

Universitas YARSI menggelar pelatihan kader Stunting dan penyuluhan kepada Ibu yang mempunyai anak Baduta (Bawah Dua Tahun) di daerah lokus stunting desa Langensari, kecamatan Saketi, Kab pandeglang. Kegiatan diadakan di balai desa langensari.
Foto: Kholis Irnawati
Universitas YARSI menggelar pelatihan kader Stunting dan penyuluhan kepada Ibu yang mempunyai anak Baduta (Bawah Dua Tahun) di daerah lokus stunting desa Langensari, kecamatan Saketi, Kab pandeglang. Kegiatan diadakan di balai desa langensari.

PANDEGLANG -- Stunting mengindikasikan masalah kesehatan masyarakat karena berhubungan dengan meningkatnya risiko morbiditas dan mortalitas, penurunan perkembangan fungsi motorik dan mental serta mengurangi kapasitas fisik. Stunting pada anak usia dini itu bersifat reversible.

Prevalensi baduta stunting tahun 2018 29,9 persen dan masih menjadi masalah serius di Indonesia karena WHO menargetkan prevalensi stunting di bawah 20 persen. Kabupaten Pandeglang menjadi salah satu dari 100 kabupaten/kota yang menjadi prioritas penanganan stunting di Indonesia.

Atas dasar itu Universitas YARSI menggelar pelatihan kader Stunting dan penyuluhan kepada Ibu yang mempunyai anak Baduta (Bawah Dua Tahun) di daerah lokus stunting desa Langensari, kecamatan Saketi, Kab pandeglang. Kegiatan diadakan di balai desa langensari. Diikuti oleh perwakilan kader dari lima posyandu desa Langensari. 

Kader posyandu dilatih menggunakan alat ukur deteksi dini stunting dengan tiker stunting dan langsung praktek pengukuran terhadap 46 anak bawah dua tahun (Baduta) yang hadir di balai desa. Kegiatan dilaksanakan oleh dosen bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) Fakultas Kedokteran (FK) dan Prodi S2 Biomedis Universitas YARSI (UY) dibantu oleh mahasiswa Kepaniteraan Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran UY. 

Deteksi dini stunting pada anak Baduta sangat diperlukan untuk penanganan lebih awal stunting. Kader posyandu dapat diandalkan perannya untuk deteksi dini. Karena kader Posyandu dapat berinteraksi lebih intens dengan masyarakat terutama ibu-ibu yang mempunyai baduta. Kader perlu dibekali ketrampilan deteksi dini indikasi stunting pada baduta, kemudian kader bisa melaporkan kepada bidan desa jika menemukan baduta yang terindikasi stunting. 

Anak-anak baduta setelah diukur oleh kader dengan alat ukur deteksi dini stunting, ibu-ibunya langsung mengikuti penyuluhan. Materi penyuluhan yang diberikan tentang rumah sehat dan perilaku keluarga yang menjadi factor risiko stunting seperti lain perilaku merokok, penggunaan pestisida pengusir nyamuk, dan pengunaan bahan plastik untuk wadah makanan panas. Penyuluhan menggunakan media brosur dan poster. 

Evaluasi pelatihan menunjukkan secara umum kader yang ikut pelatihan mampu mengunakan alat tiker stunting sedangkan ibu-ibu yang mengikuti penyuluhan semangat mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan oleh mahasiswa.

Kades Langensari Jaro Restu, berharap kegiatan serupa dapat diadakan lagi di desa Langensari untuk masa yang akan datang, agar kader-kader Posyandu meningkat ketrampilannya dan masyarakat paham tentang faktor risiko stunting. 

Pengirim: Kholis Ernawati

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement