Penanganan Skizofrenia
Diakui atau tidak, sebagian masyarakat kita boleh dibilang “tidak ramah” terhadap penderita skizofrenia. Bahkan di kampung-kampung, masih banyak yang meyakini cara terbaik menanganinya adalah dengan dipasung, dikurung dalam ruangan, atau dikucilkan.
Berbagai perlakuan demikian tentu melanggar HAM. Namun, sisi lain, agak susah menyalahkan masyarakat ketika alasannya dihadapkan pada penderita yang liar, merusak, bahkan berpotensi mengancam jiwa orang lain. Belum tentu kita sendiri ketika bertemu penderita demikian tidak merasa panik; daripada berisiko lebih fatal, lebih baik “mengamankan” penderitanya.
Karena itu, faktor pendidikan, kesadaran, kepekaan masyarakat, dan akses kesehatan jiwa terhadap penderita menjadi kunci utama menangani secara baik dan benar. Kita semua sebagai warga masyarakat seyogianya memahami penyakit ini sebaik mungkin; faktor-faktor yang melatarbelakanginya, penyebabnya, gejala, dan pengobatannya.
Pemahaman dan pengetahuan yang baik akan membuat kita mampu membuat keputusan tentang bagaimana cara terbaik untuk mengatasi gejalanya, memotivasi pasien untuk memulihkan dirinya (self-help), menangani kemunduran, serta bekerjasama menuju pemulihan.
Agar mampu memberikan dukungan dan perawatan yang lebih baik, bantuan dari pihak luar tentu sangat diharapkan. Karena itu, sebagai bagian dari warga, jangan segan-segan berkonsultasi dengan komunitas skizofrenia atau orang lain yang memahami benar tentang penyakit ini, maupuun dari lembaga bantuan lokal lainnya yang memungkinkan lingkungan masyarakat dapat banyak membantu mengangkat rasa stress, frustasi, serta ketakutan penderita.