Rabu 09 Oct 2019 18:10 WIB

Kenapa Sih Kita Harus Berbeda?

Jika kita memandang sebagai anugerah, maka perbedaan akan terasa indah

Bimbing anak bersikap hormat dan toleran tanpa pandang ras, warna kulit, agama atau budaya. (ilustrasi)
Foto: Beliefnet.com
Bimbing anak bersikap hormat dan toleran tanpa pandang ras, warna kulit, agama atau budaya. (ilustrasi)

Dalam kehidupan ini, perbedaan merupakan sebuah keniscayaan yang mesti terjadi. Hal itu diakibatkan dari berbagai macam atau alasan yang mendasarinya. Setiap perbedaan bisa menjadi anugerah dan juga bisa menjadi ancaman. Hal itu tergantung cara pandang kita menyikapinya.

Jika kita memandangnya sebagai anugerah, maka perbedaan itu akan terasa indah mewarnai hidup. Namun, jika perbedaan itu dipandang sebagai ancaman, maka akan menjadi masalah yang sangat sulit untuk diselesaikan. 

Perbedaan itu tidak dapat kita hindari selama akal sehat itu masih ada. Allah menciptakan akal manusia dengan berbeda satu sama lain. Perbedaan ini semakin mungkin terjadi karena perbedaan kapasitas keilmuan yang ditekuni, serta perbedaan lingkungan yang dihadapi.

Oleh sebab itu, hasil pemikiran manusia selamanya serba relatif. Maka tidak boleh ada yang mengklaim diri paling benar, karena kebenaran mutlak hanya milik Yang Maha Benar yaitu Allah SWT. 

Islam sangat menjunjung tinggi peran akal, menghormati perbedaan pendapat yang bermanfaat, perbedaan yang berorientasi pada kebenaran. Sebagai seorang muslim, kita diperintahkan untuk selalu memiliki pandangan yang baik terhadap apapun yang berbeda dengan kita, sehingga kita memandang perbedaan itu sebagai anugerah dan jangan sampai memandangnya sebuah masalah.

Ketika perbedaan dihadapi dengan subjektivitas individual secara berlebihan, maka persatuan akan menjadi taruhannya. Tidak jarang perilaku merasa paling benar membawa dampak buruk bagi dirinya dan juga lingkungan sekitar.

Setidaknya orang yang merasa paling benar menjadikannya kurang dipercaya dan dihargai oleh orang lain. Sikap dan perilaku itulah yang pada akhirnya dapat memacu terjadinya konflik diantara sesama umat manusia.

Tentunya ada hikmah dari adanya perbedaan tersebut, sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran Surat al-Hujurat ayat 13 berikut ini:

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti”. (QS. A-Hujurat: 13)

Semoga dengan adanya perbedaan tersebut, menjadikan kita lebih mengenal satu sama lain dan lebih mementingkan kemaslahatan bersama untuk menciptakan masyarakat yang bermartabat. Amiin… 

Penulis : Afip Miftahul Basar, Guru SIT SMPIT Nurul Fajri, Cikarang Barat – Bekasi

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement