Rabu 02 Oct 2019 16:52 WIB

Air Mata Jingga

Kota ini memang terlalu kejam buat yang melarat.

Air Mata Jingga
Foto:

Langit kembali jingga. Kepakan bangau disertai kicauannya kembali terdengar sayup-sayup di telinga.

Ada mendung menggumpal petanda hujan akan datang. Perahu-perahu pencari ikan telah tertambat di tambatannya masing-masing. Seperti biasa, kedatangan para nelayan disambut oleh keluraga masing-masing. Namun, Fais tidak menjumpai Rani, istrinya.

Ditolehkan pandangannya ke arah kerumunan masyarakat yang lain, tapi tak juga ia jumpai. Barangkali di rumah, batinnya. Maka, ia urungkan pergi ke TPI bersama nelayan lainnya. Ia langsung bergegas menuju ke rumah.

"Apaa...? Sepeninggal saya pagi tadi Rani tidak kenapa-kenapa. Sejak kapan, Pak Cik?" tanya Fais pada Pak Cik Rizal sesampainya ia di rumah. Fais kaget bukan kepalang mendapat kabar Rani dibawa ke puskesmas.

Barusan, setengah jam yang lalu. Rani dibawa emak-bapakmu ke Puskesmas Kampung Pinggir. Sepertinya dia ada masalah dengan kandungannya.

"Segera engkau susullah dia," kata Pak Cik Rizal menerangkan kepada Fais. Tak tunggu lama, Fais segera menuju ke puskesmas.

Sesampainya di puskesmas, terlihat ayah Fais tengah bersitegang dengan petugas puskesmas. Raut wajah ayahnya tampak memerah. Sepertinya menahan amarah. Emaknya tampak diam membisu. Sementara, Rani terlihat duduk terkulai di sebuah kursi sambil memegang perut besarnya. Tampak ia meringis kesakitan.

"Bilang saja kau butuh uang! Berapa uang yang kau butuhkan nak, ha? Sejuta?

Atau dua juta?" kata Pak Mamad, ayah Fais membentak petugas puskesmas. Si petugas tampak diam dan menunduk kaku.

"Ada apa ribut-ribut ini, Yah? Buk, bagaimana istri saya? Tolong selamatkan dia dan anak saya," Fais memelas.

"Maaf, Pak. Bidan di puskesmas ini lagi keluar. Tadi beliau bilang ada urusan sebentar di rumah. Sudah saya hubungi beliau, tapi nomor HP-nya tidak aktif. Daripada Bapak menunggu, sebaiknya istri Bapak dibawa ke Rumah Sakit Umum saja."

Mendengar ucapan petugas puskesmas itu, Fais langsung mafhum dan segera membawa istrinya keluar dari puskesmas. "Tolong pesankan ke bidan di sini ya, Bu! Jika ingin mendapatkan berkah, bekerjalah dengan hati," Fais meletakkan jari tunjuknya di dada.

Tatapannya gagah memandang petugas yang menunduk. Ia berlalu meninggalkan petugas.

Segera dicari transprotasi daring untuk menuju Rumah Sakit Umum yang jaraknya lebih kurang 15 km dari Puskesmas Kampung Pinggir. Dia terpaksa membawa Rani ke rumah sakit itu karena rumah sakit itu milik pemerintah.

Dia tidak mungkin membawa Rani ke rumah sakit swasta karena keterbatasan biaya. Di Rumah Sakit Umum, dia bisa memanfaatkan Kartu Indonesia Sehat yang memang diprogramkan untuk rakyat miskin seperti dirinya.

Langit sudah jingga. Matahari segera kembali ke peraduannya. Gumpalan cahaya jingga berbaur dengan gelapnya awan hitam yang menggantung di langit Kampung Pinggir. Sementara, di puncak bukit yang menghadap ke laut, cahaya temaram obor dan lampu lentera menemani para penggali kubur dan pelayat.

Tepat siang habis zuhur tadi, berita duka telah menyelimuti Fais dan Rani. Buah hati yang didamba-dambakan selama ini harus lebih dulu menghadap Pencipta di usia yang tak sampai 24 jam.

Fais terpukul sangat. Namun, berusaha untuk tegar dan tabah. Matanya sembap menahan tangis. Sementara, Rani masih berada di rumah sakit. Ia belum sadarkan diri.

Entah apa yang akan terjadi pada dirinya jika mengetahui anak yang dilahirkannya telah tiada, batin Fais. Panjang pikirannya mengingat Rani. Tak kuasa bendungan kokoh yang dibangun di kelopak matanya, akhirnya jebol juga. Air matanya jatuh berderai di atas tanah merah kuburan.

"Sudahlah, jangan kau turuti tangismu. Ikhlaskan dia," kata Pak Mamad.

"Sedari dulu, kota ini memang terlalu kejam buat kita yang melarat ini," lanjutnya.

-- Sekupang, Agustus 2019

AZWIM ZULLIANDRI

lahir di Padang, 25 Mei 1991. Ia anak ke-4 dari 5 bersaudara--semuanya laki- laki. Saat ini ia tengah mengabdikan diri sebagai guru di beberapa lembaga pendidikan, baik lembaga pendidikan formal maupun lembaga pendidikan nonformal yang ada di Kota Batam, Kepulauan Riau.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement