Rabu 25 Sep 2019 16:04 WIB

Kemendikbud Pamerkan Karya 40 Seniman Muda

40 seniman muda yang mengikuti Baseoki Abdullah Art Award

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Esthi Maharani
Museum Basoeki Abdullah di Jalan Keuangan Raya, Cilandak, Jakarta Selatan, Selasa (25/6).
Foto: Republika/Umi Soliha
Museum Basoeki Abdullah di Jalan Keuangan Raya, Cilandak, Jakarta Selatan, Selasa (25/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan menyelenggarakan pameran hasil karya 40 seniman muda yang mengikuti Baseoki Abdullah Art Award (BAA#3). Melalui pameran tersebut, Kemendikbud ingin memberikan ruang publik untuk seniman muda mengekspresikan karya mereka.

Di dalam pameran bertema re-mitologisasi ini juga dipilih lima besar karya pilihan yang mendapatkan penghargaan. Sekretaris Ditjen Kebudayaan Sri Hartini mengatakan pameran yang diselenggarakan di Museum Basoeki Abdullah ini diharapkan bisa mendorong lahirnya maestro-maestro seniman baru.

"Kami menyiapkan ruang publik untuk bagaimana kita bisa memenuhi kesempatan anak-anak muda untuk berekspresi. Nah, kebetulan ini kan Museum Basoeki Abdullah sehingga substansi yang diangkat adalah maestro kita yaitu Basoeki Abdullah," kata dia, saat ditemui di lokasi pameran, Rabu (25/9).

Ia mengatakan, untuk menjadi manusia yang unggul tidak hanya melalui pengetahuan namun juga keterampilan mengekspresikan sesuatu. Melalui perupa-perupa muda yang mengekspresikan gagasan mereka dengan seni dapat menunjukkan manusia yang unggul di Indonesia.

"Saya kira melalui kebudayaan ini jadi hal yang sangat luar biasa ketika ini semua diketahui oleh publik," kata dia.

Sri juga mengatakan, kebudayaan tidak hanya berupa seni rupa dan seni musik namun juga dongeng dan mitologi. Oleh sebab itu, di dalam pameran seni ini tema yang diangkat mengenai re-mitologisasi atau merekonstruksi mitos yang ada di Indonesia sejak masa lalu menjadi relevan dengan kondisi saat ini.

Selama ini, kata Sri, tema re-mitologisasi ini juga menjadi jawaban dari fenomena di masyarakat yang selama ini melupakan kearifan lokal yang ada. "Apa yang dilakukan ini sesungguhnya mengimplementasikan UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, khususnya soal tradisi lisan dan objek budaya," kata dia.

Pemberian penghargaan untuk seniman muda ini dilakukan tiga tahun sekali. Namun, Sri berharap bisa dilakukan tiap tahun karena perubahan teknologi yang begitu cepat sehingga karya-karyanya harus tetap relevan pada setiap perlombaan.

Lima karya yang mendapatkan penghargaan adalah 'Relief Satir' dari Galih Reza Suseno, 'Wanita, Budaya, dan Adunan' dari Dyan Condro, 'The Appropriation of Basuki Abdullah's Nyai Roro Kidul' dari Alfiah Rahdini, 'Refuse to Forget' dari Yanuar Okhsan, dan 'Strong Worlf' dari Ajar Ardianto. Pameran akan berlangsung hingga 25 Oktober 2019.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement