Selasa 24 Sep 2019 09:45 WIB

Demo tak Didukung Kampus, Mahasiswa tak Peduli

Para mahasiswa tetap mengikuti jalannya demonstrasi sampai selesai.

Rep: my27/ Red: Fernan Rahadi
Mahasiswa dari berbagai kampus turun menggelar aksi unjuk rasa di Jalan Gejayan, Yogyakarta, Senin (23/9/2019).
Foto: Republika/ Wihdan
Mahasiswa dari berbagai kampus turun menggelar aksi unjuk rasa di Jalan Gejayan, Yogyakarta, Senin (23/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Beberapa saat menjelang aksi demonstrasi oleh ribuan mahasiswa yang tergabung dalam aliansi gabungan #GejayanMemanggil, Senin (23/9) kemarin, sejumlah kampus di DIY menerbitkan surat penolakan untuk ikut serta dalam aksi unjuk rasa tersebut. Beberapa di antaranya adalah Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga.

UGM menerbitkan surat pernyataan yang ditandatangani langsung rektor UGM, Panut Mulyono. Begitu pula UIN yang menerbitkan surat pernyataan yang ditandatangani oleh sang rektor, Yudian Wahyudi.

Meskipun mendapatkan pertentangan dari kampusnya, sejumlah mahasiswa yang ditemui di lapangan kemarin mengaku tak ambil pusing. Mereka pun tetap mengikuti demonstrasi hingga usai.

Alif Jabal Kurdi, seorang mahasiswa UIN Sunan Kalijaga mengatakan bahwa surat yang dikeluarkan petinggi UIN Sunan Kalijaga tak ada bedanya dengan RUU yang dirancang DPR dan pemerintah yang menjadi objek tuntutan para mahasiswa. 

Menurut Alif, surat tersebut tergesa-gesa dan tidak melalui kajian yang matang. Surat tersebut juga tidak melibatkan mahasiswa untuk mendapatkan masukan informasi yang lebih komprehensif terkait aksi yang digelar.

"Jadi surat itu isinya cuma asumsi-asumsi seperti adanya penunggang gelap dan kepastian akan adanya tindak anarkisme yang tidak jelas sumbernya dari mana. Justru saya menilai surat itu terbit berdasar pada ketakutan-ketakutan atas rusaknya nama baik, akreditasi, dan kekhawatiran menurunnya nilai jual, katanya kepada Republika, Selasa (24/9).

Sementara itu, salah satu mahasiswi UGM yang juga ikut dalam demonstrasi #GejayanMemanggil, Kiki Wijayanti, juga sependapat dengan Alif. Menurut Kiki, imbauan yang dilakukan rektorat UGM sah-sah saja. Namun hal itu tak akan mencegah para mahasiswa UGM untuk turun ke jalan.

“Kami di sini ingin membuktikan bahwa bentuk perlawanan bahwa mahasiswa masih ada. Kami ingin menjaga ruang demokrasi bersama-sama. Kami percaya bahwa mahasiswa memiliki kesadaran bersama dan memiliki nalar kritis terkait dengan situasi bangsa ini," ungkapnya ketika ikut demonstrasi. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement