Selasa 10 Sep 2019 14:24 WIB

Perempuan dan Peran Dalam Pembangunan

Partisipasi perempuan dalam pembangunan tidak boleh membuat mereka salah jalan.

Pelajar berbusana muslimah mengikuti pawai keliling kota di Banda Aceh, Aceh, Selasa (30/4/2019).
Foto: Antara/Irwansyah Putra
Pelajar berbusana muslimah mengikuti pawai keliling kota di Banda Aceh, Aceh, Selasa (30/4/2019).

Sebuah pepatah menyatakan bahwa wanita adalah tiang negara. Baik-buruknya menjadi penentu baik-buruk peradaban di masa itu. Terlihat, betapa vital peran kaum perempuan. Maka tak heran, dari masa ke masa perempuan selalu dilibatkan dalam membangun peradaban.Sebagaimana kita lihat hari ini, dimana pemerintahan provinsi Jabar mengikut sertakan kaum perempuan dalam pembangunan. Dibentuk program-program semisal Sekoper Cinta, Kolecer, Ngabaso, dll, yang bertujuan memaksimalkan pemberdayaan perempuan. Pada skala daerah, tim penggerak PKK terus mensosialisasikan program-program provinsi tersebut, demi suksesi pembangunan.

Baca Juga

Tak bisa dipungkiri, begitu banyak problematika mengungkung dunia perempuan hari ini. Kekerasan seksual terhadap perempuan yang terjadi di tiap detiknya. KDRT hingga perceraian yang terus saja bermunculan kasusnya.

Kemiskinan sistemik yang menyeret perempuan ikut menjadi tulang punggung mencukupi kebutuhan keluarga. Kasus perdagangan perempuan dan sederet masalah lainnya.

Atas berbagai kondisi buruk itu, kaum feminis terus melempar tuduhan bahwa kesemuanya disebabkan ketidaksetaraan kedudukan laki-laki dan wanita, akibat pengaruh aturan agama (baca: Islam). Sebagai penyelesaian, mereka terus mengkampanyekan penyetaraan hak perempuan, di segala bidang.

Melepaskan diri dari aturan agama yang dianggap mengekang kebebasan, menghalangi kemajuan perempuan. Pada akhirnya, wanita ramai-ramai bekerja keluar rumah untuk meraih eksistensi diri.

Di parlemen, misalnya, wanita berusaha mencapai target menduduki kursi parlemen 30 persen, berdalih demi perbaikan nasib kaumnya. Namun apa yang terjadi? keterwakilan perempuan di parlemen, tidak serta-merta menghapus ketidaksetaraan yang ada.

Masifnya wanita bekerja di ranah publik, seiring pula dengan maraknya kasus kekerasan seksual, perselingkuhan, dan kasus lainnya, yang menjadi bukti stagnan-nya penyelesaian problematika wanita meski kesetaraan ala feminis telah dicapai.

Maka, tuduhan keji kaum feminis pada syariat Islam tidak terbukti. Karena ujung problematika dunia wanita bukan terletak pada syariat, melainkan pada sistem kehidupan sekuler yang merusak posisi wanita.

Hal yang berkebalikan didapati dalam Islam, dimana perempuan ditempatkan pada posisi strategis, sebagai ibu pencetak peradaban. Partisipasi mereka di ruang publik pun diselaraskan dengan aturan Islam. Tidak ada eksploitasi atas nama materi. Dengan demikian, mereka tetap berimbang mengemban tugas fitrahnya sekaligus penyokong pembangunan.

Khadijah binti Khuwailid, ra., istri pertama Rasulullah, merupakan ummul mukminin yang memiliki peran sangat besar bagi perkembangan dakwah Islam. Beliau-lah orang yang pertama kali memberi dukungan dakwah pada Rasul. Wanita yang setia mendampingi dan memperjuangkan dakwah dengan segenap jiwa dan harta.

Ada pula Aisyah binti Abu Bakar, yang menjadi gerbang ilmu, tempat rujukan para sahabat bertanya. Asma binti  Abu Bakar, wanita pemberani yang memiliki kecemerlangan strategi, hingga berjuluk "wanita pemilik dua ikat pinggang", turut mensukseskan dakwah Rasul.  Juga Al Syifa, yang bertugas sebagai qadhi (hakim) Hisbah semasa kekhalifahan Umar bin Khattab.

Partisipasi wanita dalam pembangunan tidak boleh membuat mereka salah jalan. Jangan sampai terjebak pada pemberdayaan yang salah. Menyukseskan program Barat yang membawa kaum wanita pada kebebasan tanpa batas atas nama kemajuan, namun yang terjadi justru memundurkan dan membuahkan kesengsaraan bagi kaum perempuan. 

Pengirim: Ummu Syaqieb, ibu rumah tangga asal Kuningan Jawa Barat

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement