Senin 09 Sep 2019 12:14 WIB

UII Luncurkan Pusat Studi AI dan Bioinformatics

Kampus perlu terlibat lebih banyak dalam antisipasi ledakan teknologi AI.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
Konferensi pers peluncuran Pusat Studi Artificial Intelligence (AI) dan Pusat Studi Bioinformatics di Auditorium Abdulkahar Mudzakkir Universitas Islam Indonesia (UII), Senin (9/9).
Foto: republika/wahyu suryana
Konferensi pers peluncuran Pusat Studi Artificial Intelligence (AI) dan Pusat Studi Bioinformatics di Auditorium Abdulkahar Mudzakkir Universitas Islam Indonesia (UII), Senin (9/9).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Universitas Islam Indonesia (UII) meluncurkan dua pusat studi. Ada Artificial Intelligence Creative Center of Exellence (AICC) dan Statistics Bioinformatics Research Center (SBRC).

Dua pusat studi diluncurkan Jurusan Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Ini jadi yang pertama di perguruan tinggi DI Yogyakarta dan kelompok pertama perguruan tinggi di Indonesia.

Baca Juga

Ketua Jurusan Statistika UII, Edy Widodo menilai, perguruan tinggi perlu terlibat lebih banyak dalam antisipasi ledakan teknologi AI. Yaitu, menciptakan talenta-talenta andal yang mampu mengelola AI.

Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan talenta data analis yang mampu mengelola data bioinformatis. Sebelum dibentuk, AICC dan SBRC telah melakukan kegiatan-kegiatan seperti pelatihan, seminar dan diskusi.

Termasuk, lanjut Edy, berkomunikasi dengan dunia industri baik dari dalam maupun dari luar negeri. Serta, mengundang profesor-profesor berbagai perguruan tinggi berbagai negara untuk memberi pemahaman.

"Semoga didirikannya AICC dan SBRC di UII ini mampu membawa manfaat perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan ke depan, baik untuk UII, masyarakat, Indonesia dan dunia," kata Edy di Auditorium Abdulkahar Mudzakkir, Senin (9/9).

Kepala AICC UII, Fajriya Hakim menuturkan, penerapan pusat studi di UII sudah dilakukan sejak 2015. Sejak saat itu, UII terus menggiatkan pemahaman tentang peran-peran Big Data.

Dari sana, peneliti-peneliti banyak menemukan dan mempelajari hal-hal baru. Setelah itu, terus dikembangkan sampai akhirnya bagian-bagian pengembangan AI dikuasai dan dapat diterapkan di UII.

"Kita sudah terapkan pula ke mahasiswa-mahasiswa agar mereka dengan mudah terserap perusahaan-perusahaan, itu dilakukan karena kita sadari betul kebutuhan dunia kerja terhadap AI," ujar Fajriya.

Kepala SBRC UII, Rohmatul Fajriyah menuturkan, bioinformatics itu ilmuanya multi disiplin dan tidak berdiri sendiri. Terkait kimis, fisika, farmasi, kedokteran, biologi, TI dan lain-lain.

Untuk itu, ia menekankan, SBRC akan menjadi jembatan pengembangan teknologi-teknologi genomics. Nantinya, salah satu kemanfaatan SBRC untuk diversifikasi persoalan kesehatan dan keanekaragaman hayati.

"Kita akan coba memutus rantai penyakit degeneratif agar tidak muncul di generasi-generasi berikutnya," kata Rohmatul.

Dekan FMIPA UII, Riyanto menambahkan, perkembangan ilmu statistik luar biasa. Bahkan, UII saja memiliki cukup banyak alumni yang sudah bekerja di perusahaan-perusahaan berbasis Big Data dan Data Science.

Ia menilai, Artificial Intelligence dan Bioinformatics memiliki satu prospek ilmu yang sangat besar secara global. Selain itu, Riyanto menekankan, keduanya berpotensi melibakan banyak pemangku kebijakan.

Nantinya, lanjut Riyanto, AICC dan SBRC akan banyak diisi bootcamp-bootcamp. Kemudian, lokakarya-lokakarya yang diisi praktisi-praktisi bisnis dan alumni yang sudah berkecimpung ke dunia industri.

"Misalnya, arsitek sudah melakukan pendataan ke situs-situs wisata untuk mengetahui banyak komentar pengunjung melalui bidang arsitek," ujar Riyanto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement