Rabu 04 Sep 2019 23:46 WIB

Perguruan Tinggi Harus Respons Cepat Perubahan

Perguruan tinggi harus melakukan reorientasi kurikulum sesuai industri 4.0.

Rektor Universitas Terbuka, Ojat Darojat (kedua kiri) menerima izin pembukaan program doktoral (S3) dari Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristedkiti), Ismunandar (kedua kanan) disaksikan Staf Ahli Bidang Akademik Kemenristekdikti, Paulina Pannen (kanan) dan Kasubdit Pengembangan Perguruan Tinggi Program Akademik, Totok Suhartanto (kiri) pada Dies Natalis ke-35 Lustrum VII Universitas Terbuka di Universitas Terbuka Convention Center, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (4/9).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Rektor Universitas Terbuka, Ojat Darojat (kedua kiri) menerima izin pembukaan program doktoral (S3) dari Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristedkiti), Ismunandar (kedua kanan) disaksikan Staf Ahli Bidang Akademik Kemenristekdikti, Paulina Pannen (kanan) dan Kasubdit Pengembangan Perguruan Tinggi Program Akademik, Totok Suhartanto (kiri) pada Dies Natalis ke-35 Lustrum VII Universitas Terbuka di Universitas Terbuka Convention Center, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (4/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menyatakan perguruan tinggi harus merespons cepat perubahan yang ada saat ini untuk memenangkan kompetisi. Perguruan tinggi harus melakukan reorientasi kurikulum di setiap program studinya yang disesuaikan dengan kebutuhan industri 4.0.

"Perguruan tinggi harus mengembangkan kapasitas literasi baru seperti data, teknologi dan manusia, yang diarahkan untuk menunjang sistem pembelajaran," ujar Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti, Prof Ismunandar, saat menghadiri peringatan Dies Natalis Universitas Terbuka di Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (4/9).

Baca Juga

Selain itu, perguruan tinggi juga perlu memperkuat kegiatan kemahasiswaan baik kemampuan teknis dan nonteknis. Kegiatan kemahasiswaan ini harus komperhensif dan inklusif dan melibatkan mahasiswa yang berasal dari berbagai latar belakang dan budaya.

Perguruan tinggi juga diminta untuk mengembangkan inovasi pembelajaran berbasis daringatau blended learning more. Untuk itu, premises pembelajaran menjadi semakin fleksibel, terdistribusi dengan baik, sekaligus untuk perluasan dan pemerataan akses serta peningkatan mutu pendidikan tinggi.

"Perguruan tinggi juga hendaknya memberikan layanan pembelajaran sepanjang hayat. UT memiliki kapasitas dan teruji dalam menyediakan pendidikan jarak jauh dan mampu menjangkau berbagai lapisan masyarakat," katanya.

Ismunandar juga menyebut pentingnya konsep internasionalisasi dalam pendidikan tinggi perlu diperhatikan. Hal itu karena kehidupan akademik di pendidikan tinggi tidak dapat dipisahkan dari berbagai forum internasional.

Dalam kesempatan itu, Ismunandar juga meminta UT untuk mengembangkan program pendidikan dan penelitian agar menghasilkan lulusan yang holistik dalam konteks keterkaitannya dengan berbagai aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial masyarakat. "Kami juga berharap UT melakukan inovasi, diantaranya melalui adaptasi dan adopsi teknologi informasi untuk meningkatkan layanan pendidikan dan penguatan pembelajaran jarak jauh," harap dia.

Rektor Universitas Terbuka, Prof Ojat Darojat, mengatakan pihaknya terus melakukan reorientasi kurikulum agar sesuai dengan perkembangan zaman. "Kami juga mengawal implementasi dari reorientasi kurikulum ini, sehingga kualitas lulusan benar-benar sesuai dengan apa yang dibutuhkan saat ini," kata Ojat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement