Kamis 22 Aug 2019 10:08 WIB

Mahasiswa Papua di Maluku Utara Minta Jaminan Keamanan

Mahasiswa menemui gubernur Maluku Utara meminta jaminan keamanan.

Pasar Tambruni yang dibakar massa di Kabupaten Fak-Fak, Papua Barat, Rabu (21/8/2019). Kericuhan di sejumlah daerah di Papua dan Papua Barat membuat mahasiswa Papua di Maluku Utara khawatir dengan keamanan mereka.
Foto: Antara/Wahyu Rumagesan
Pasar Tambruni yang dibakar massa di Kabupaten Fak-Fak, Papua Barat, Rabu (21/8/2019). Kericuhan di sejumlah daerah di Papua dan Papua Barat membuat mahasiswa Papua di Maluku Utara khawatir dengan keamanan mereka.

REPUBLIKA.CO.ID, TERNATE -- Ikatan Mahasiswa Papua (IMP) Ternate, Maluku Utara, meminta jaminan keamanan dari pemerintah daerah. Permintaan ini menyusul kericuhan yang terjadi di sejumlah wilayah di Provinsi Papua dan Papua Barat.

"Kami berharap gubernur bisa membantu memberi jaminan keamanan bagi mahasiswa Papua di Ternate," kata Ketua IMP Maluku Utara (Malut), Hendri Ruamba di Ternate, Kamis (22/8).

Baca Juga

Untuk memastikan keberadaan mereka di Malut tetap aman, mahasiswa yang tergabung dalam IMP menemui Gubernur Maluku Utara KH Abdul Gani Kasuba di Grand Dafam Hotel, Ternate, didampingi Mukhtar Adam, penggagas Kampung Melanesia di Ternate.

Dia mengaku terganggu dengan peristiwa yang terjadi di Malang dan Surabaya karena menyentuh soal ras. Akibatnya, kericuhan pecah di Provinsi Papua Barat dan Papua.

Ia khwatir ada warga Ternate atau Maluku Utara yang berada di Tanah Papua mendapat tindakan yang tidak diinginkan terkait kericuhan di Papua. Untuk itu, mahasiswa menemui gubernur meminta jaminan keamanan dari Pemerintah Provinsi Maluku Utara.

"Kami minta gubernur bisa menjamin keamanankami agar tetap nyaman di Kota Ternate. Kita minta tidak ada provokasi dari masyarakat, kita lihat di Malang dan Surabaya, itu kan ada provokasi dari masyarakat," ujarnya.

Hendri menyatakan, hingga saat ini belum ada pergerakan dari masyarakat di Ternate terkait peristiwa di Papua. Namun, mereka khawatir akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari.

Sementara itu, Gubernur Maluku Utara KH Abdul Gani Kasuba memastikan seluruh masyarakat khususnya mahasiswa Papua di Ternate tetap aman. "Kita jamin kenyamanan dan keamanan mereka selama di Maluku Utara, karena mereka adalah saudara dan bagian dari kita," kata gubernur.

Gubernur dua periode ini mengatakan warga Papua adalah warga Malut. Karena itu, tidak bisa ditinggalkan ataupun dipisahkan.

Sesuai data yang diperoleh, mahasiswa Papua yang kuliah di Ternate sebanyak 70 orang, tersebar di Universitas Khairun Ternate, Universitas Muhammadiyah Maluku Utara dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ternate. Dia menambahkan, Malut memiliki kurang lebih 18 suku, mulai dari Tidore, Ternate, hingga Makian dan sekarang ditambah lagi Papua, karena sejarah Papua adalah bagian dari Maluku Utara.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement