Senin 12 Aug 2019 17:49 WIB

Egrotek, Bantu Petani Jamur Tingkatkan Produktivitas

Saat ini, Egrotek tengah mengikuti proses inkubasi di Amikom Business Park.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Warga saat melihat kondisi jamur yang dibudidayakan.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Warga saat melihat kondisi jamur yang dibudidayakan.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Jamur menjadi salah satu komoditas agrobisnis yang sangat berpotensi di Indonesia. Tidak cuma pasar lokal, hasil taninya laris diekspor seperti ke AS, Jepang, Cina, Kanada, dan lain-lain.

FAOStat pada 2016 mencatat, produksi jamur dalam negeri mencapai 40.906 ton dan masuk dalam peringkat 15 dunia. Namun, proses pembibitan jamur memerlukan perawatan khusus.

Salah satu yang paling menantang menjaga kelembaban kumbung jamur dan baglog atau media tanamnya. Fase penyiraman pula harus tepat, sehingga pertumbuhan menjadi lebih optimal.

Permasalahan kebanyakan rumah jamur atau tempat budi daya, proses tersebut masih manual. Untuk itu, dikembangkan inovasi memakai pendekatan Internet of Things (IoT) untuk penyiraman otomatis.

Solusi itu didesain agar bisa menjaga kelembaban dan suhu udara dalam rumah jamur secara real-time. Nozzle sprayer sebagai perangkat penyiraman dihubungkan dengan sensor.

Sehingga, dapat bekerja secara otomatis dan dapat dipantai lewat ponsel petani. Aplikasi itu diberi nama Egrotek, dikembangkan Sigit Pramono, Chandra Maulana, dan Adisoka Bimantara.

Sigit mengatakan, masalah seperti itu banyak ditemui di pelaku-pelaku budi daya jamur. Di Baturaden, misal, mereka menemukan proses yang diterapkan petani-petani masih sangat manual.

"Dengan melakukan penyiraman dua kali sehari, menghitung kadar kelembaban lingkungan," kata Sigit.

Untuk itu, ia menerangkan, Egrotek menghadirkan dua perangkat. Perangkat lunak berupa aplikasi di platform Android dan perangkat sensor yang ditempatkan di rumah jamur.

Selain menjalankan alat penyiraman, sensor itu dibekali kemampuan untuk memantau suhu dan kelembaban real-time. Proses kerja sensor di rumah jamur, tiap data yang tercatat dikirim ke basis data.

Lalu, basis data yang ada di cloud dianalisis. Melalui aplikasi, petani bisa melakukan konfigurasi tingkat kelembaban maksimal dan minimal yang diinginkan, sesuai karakteristik jamur yang ditanam.

Setelah itu, secara otomatis perangkat penyiraman akan bekerja jika diperlukan untuk menyesuaikan kelembaban suhu. Aplikasi turut menampilkan grafik suhu di kumbung jamur.

"Agar petani bisa senantiasa mengetahui kondisi terkini di rumah jamur kapan saja dan di mana saja," ujar Sigit.

Aplikasi dapat pula dimanfaatkan petani mencatat hasil panen untuk membantu melakukan analisis produksi. Startup ini sendiri didirikan sejak Mei 2018.

Mereka memiliki basis bisnis di Jawa Tengah. Untuk meningkatkan skala bisnis, saat ini Egotek tengah mengikuti proses inkubasi di Amikom Business Park.

Terkait pendanaan, Egrotek sudah mendapat hibah dari program PPBT yang dirilis Kementerian Ristek-Dikti. Tahun ini, ada dua target yang hendak dicapai Egrotek.

Pertama, melengkapi fitur yang memudahkan petani untuk belanja alat dan bahan budidaya jamur. Kedua, ekspansi pangsa pasar di luar Jawa guna membantu lebih banyak petani jamur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement