Senin 12 Aug 2019 16:43 WIB

Ketika Warga Shalat Id Menggunakan Masker

Warga menggunakan masker karena kota tertutup asap kebakaran hutan

Ribuan umat muslim melaksanakan Sholat Idul Adha di halaman Masjid Raya Annur dengan kondisi kabut asap karhutla yang menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, Minggu (11/8). Kabut asap dampak dari kebakaran hutan dan lahan yang masih terjadi di Provinsi Riau membuat kota Pekanbaru dan beberapa kabupaten lainya diselimuti kabut asap khususnya pada pagi hari.
Foto: Ronny Muharman/Antara
Ribuan umat muslim melaksanakan Sholat Idul Adha di halaman Masjid Raya Annur dengan kondisi kabut asap karhutla yang menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, Minggu (11/8). Kabut asap dampak dari kebakaran hutan dan lahan yang masih terjadi di Provinsi Riau membuat kota Pekanbaru dan beberapa kabupaten lainya diselimuti kabut asap khususnya pada pagi hari.

Pemerintah setempat mengimbau warga untuk mengurangi aktivitas di luar rumah agar terhindar dari paparan asap. Dikutip dari Republika.co.id, hingga kini, di Kota Pekanbaru terdapat lebih 1.000 orang yang terkena infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).

Akan tetapi karena Hari Raya Idul Adha, maka ribuan umat Islam tetap ke luar untuk menunaikan Shalat Id di Masjid An Nur Kota Pekanbaru, Ahad (11/8), menggunakan masker. Penutup hidung dan mulut itu digunakan karena asap menyelimuti langit Pekanbaru pada Ahad pagi.

Sejak terjadinya kebakaran hutan, udara Pekanbaru tertutup asap. Datangnya disebabkan oleh kebakaran hutan dan lahan di sejumlah daerah seperti Kabupaten Siak, Kota Pekanbaru, Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Kepulauan Meranti dan Kabupaten Kampar. Kita beruntung sebab asap tidak diekspor ke negara tetangga. Jika itu terjadi, malulah kita.

Asap terdeteksi di Sumatera dan Kalimantan tapi tidak ada transboundary haze atau asap yang melintas ke negeri tetangga Malaysia atau Singapura," kata Plt Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Agus Wibowo, Ahad (11/8).

Personel yang mencapai 9.072 orang di enam provinsi (Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantar Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan) terus bekerja sama memadamkan api baik dari darat maupun dari udara/water bombing. Personel tersebut terdiri dari Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian Republik Indonesia (POLRI), BNPB, Badan Nasional Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan masyarakat.

Patut diapresiasi langkah cepat dari Pemerintah untuk menanggulangi bencana. Sebab sesuai informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), musim kemarau di wilayah Riau diprakirakan akan terjadi sampai Oktober 2019. Maka perlu muhasabah bagi seluruh umat untuk bersama menjaga lingkungan.

Hutan merupakan kekayaan alam yang dimiliki negeri ini. Fungsinya sebagai paru-paru dunia, sumber ekonomi, habitat flora dan fauna, pengendali bencana. Juga menjadi tempat penyimpanan air, dan mengurangi polusi pencemaran udara. Alam yang kaya ini perlu dipelihara sebagai bentuk penjagaan amanah terhadap Allah Subhaanahu wa ta'ala.

Pengirim: Lulu Nugroho, Muslimah Penulis dari Cirebon

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement