Senin 12 Aug 2019 15:35 WIB

Enzo Zenz Allie dan Potret Remaja Hari ini

Enzo Zenz Allie terancam diberhentikan dari Akmil karena kibarkan bendera Tauhid

Enzo Zens Ellie (18) keturunan Perancis saat menjadi santri di Pesantren Al Bayan, Anyer, Serang.  Santri yang bercita-cita menjadi TNI sejak kecil ini akhirnya lolos dalam seleksi masuk Akademi Militer (Akmil) Magelang.
Foto: Humas Pesantren Al Bayan
Enzo Zens Ellie (18) keturunan Perancis saat menjadi santri di Pesantren Al Bayan, Anyer, Serang. Santri yang bercita-cita menjadi TNI sejak kecil ini akhirnya lolos dalam seleksi masuk Akademi Militer (Akmil) Magelang.

Sudah hampir sepekan pemberitaan tentang remaja berketurunan Indonesia-Prancis terpajang di media massa. Sosok yang menjadi inspiratif karena menguasai berbagai bahasa diantaranya Inggris, Jepang, Arab, Jerman dan Italia.

Terlebih lagi kabarnya dia lolos masuk Akmil di Indonesia. Siapa sangka usianya masih 18 tahun, tekadnya bagai baja wajahnya rupawan pula.

Dimana anak seusianya masih sibuk dengan gawai dan fitur terbaru masa kini atau dengan bermodal wajah tampan mudah saja baginya untuk jadi selebgram, tapi tidak bagi Enzo.

Hari-harinya dihabiskan untuk ibadah-ibdah nafilah menghadap Rabb-Nya. Sholat tahajud, puasa serta ibadah nafilah. Sayangnya, ia terancam untuk diberhentikan jika terindikasi memiliki paham radikalisme karena mengibarkan bendera tauhid.

Ada-ada saja! Padahal yang ia bawa adalah bendera bertuliskan lambang kesucian kaum muslim. Bendera Arroyah yang gagah berani bertuliskan putih dan berlatar hitam menandakan kaum muslim gagah dan berani dizamannya.

Menggetarkan musuh-musuh kafir penjajah. Apa salahnya? Wajar saja sebagai Muslim sejati mengibarkannya. Apa lagi dikibarkan oleh pemuda, itulah seharusnya.

Pemuda estafet perjuangan para sahabat terdahulu harus bangga dengan agamanya dan segala atribut yang dimilikinya. Kisah heroik mempertahankan bendera Arroyah sangat fenomenal pernah dilakukan juga oleh sahabat Mush’ab bin Umair hingga lepas pergelangan tanggannya.

Toh Enzo juga menjadi contoh yang baik bagi remaja lainnya. Bukan remaja kebut-kebutan yang nggak jelas dijalan raya atau remaja tanggung yang melakukan pergaulan bebas, sebagai imbas sistem Barat yang menghasilkan paham sekulerisme sehingga remaja bukannya bangga terhadap Islam justru menyingkirkannya dari kehidupan. Bangga terhadap Islam itu wajib sedangkan meninggalkan jelaslah nereka siksaannya. 

Pengirim: Istiqomah Isti

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement