Jumat 02 Aug 2019 14:00 WIB

Menristekdikti: Rektor Asing untuk Tingkatkan Persaingan

Didatangkannya rektor asing otomatis meningkatkan kompetensi rektor

Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan salah satu alasan didatangkannya rektor asing untuk memacu kompetisi yang ada di Indonesia. Menurut Nasir, dengan didatangkannya rektor dari luar negeri akan secara otomatis meningkatkan kompetensi rektor karena saingannya tidak hanya dari dalam negeri.

"Supaya dosen yang ada dalam negeri punya kesempatan yang sama, seperti yang dari asing itu. Jadi, sama-sama terchallange. Maka, harus ditantang juga enggak bisa hanya gini saja. Nah, ini yang harus kita lihat," kata Nasir di Kantor Kemenristekdikti, Jumat (2/8).

Ia berharap agar publik tidak skeptis dengan rencananya mendatangkan rektor asing. Nasir mengatakan, sebaiknya masyarakat tidak menutup diri dari dunia luar agar Indonesia bisa bersaing dengan cendekiawan yang sudah berkelas internasional.

Menurut dia, nasionalisme tidak akan berubah hanya dengan didatangkannya rektor asing. Ia mengatakan, negara-negara yang saat ini mendatangkan rektor asing juga tidak berubah menjadi negara yang tidak sesuai dengan ideologi mereka sendiri.

"Pertanyaan saya, negara lain yang rektornya asing apakah dia akan jadi liberal? Kan enggak juga. Nasionalisme tetap dijaga. Kebangsaan tetap dijaga," kata Nasir menjelaskan.

Lebih lanjut, Nasir menegaskan tentunya rektor asing yang nantinya akan direkrut tidak asal-asalan. Rektor asing harus memiliki kualitas dan memiliki network dan pengalaman yang mumpuni. Rektor asing juga harus memiliki pandangan ke depan agar bisa mewujudkan perguruan tinggi untuk menjadi lebih baik khususnya dalam bidang inovasi dan riset yang bisa memberi manfaat untuk masyarakat.

"Kita terlalu rendah dalam men-challenge, karena calon rektor yang ada hanya syaratnya sangat minimal sekali. Kadang-kadang dia tidak punya network hanya syaratnya sebagai ketua jurusan. Kan terlalu kecil," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement